Daerah ISLAM NUSANTARA

Apa itu Tradisi Kuah Beulangong?

Sab, 2 Maret 2013 | 06:51 WIB

Jakarta, NU Online
Akhir pekan lalu, kantor berita Antara memuat foto warga yang antri untu mendapatkan Kuah Beulangong. Dengan pakaian yang tidak ditentukan, mereka berkumpul, dengan kesadaran dan penuh kebersamaan. 

<>

Pemandangan Kuah Beulangong  yang dimasak dalam kuali besar di Desa Lam Geulumpang, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh dibagikan bukan untuk mendapat sorotan dari media, bukan juga perlombaan untuk merebutkan hadiah atau masuk museum biar terkenal, melainkan sebuah tradisi kenduri memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, juga kenduri-kenduri lainnya seperti perkawinan atau sunatan.

Menurut Acehpedia.org, di Aceh, khususnya Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie dan sebagian wilayah Aceh Barat, Kuah Blang atau gulai sawah merupakan menu kuah daging yang sangat khas.

Mulanya, Kuah Blang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh saat menyambut musim tanam padi tiba. 

“Sebelum dimulainya waktu turun ke sawah, terlebih dahulu diadakan selamatan memohon kepada Yang Maha Kuasa supaya hasil padinya bagus, jauh dari gangguan hama dan memenuhi panen seperti yang diharapkan. Hajatan ini dinamakan Kenduri Blang (selamatan turun ke sawah),” seperti ditulis Acehpedia.org.

“Masyarakat akan menyembelih seekor sapi atau kerbau sesuai dengan kemampuan masyarakatnya dan dimasak dengan bumbu khas kuah blang di dalam belanga besar. Kemudian hidangan ini akan disantap bersama-sama.”

Hingga kini, masih menurut acehpedia.org, kuah blang menjadi menu utama disetiap acara selamatan, hajatan, pesta perkawinan dan kegiatan-kegiatan perayaan lainnya. Bisa dikatakan, bila tidak ada menu kuah blang, maka belum dikatakan lengkap acara hajatan tersebut. Perayaan dalam bentuk apapun yang diselingi dengan makan bersama, kuah blang merupakan menu utama di samping menu-menu yang lain. (Hamzah Sahal dari berbagai sumber)