Daerah

Ansor Pamekasan: Tanamkan Paham Aswaja Sejak Dini

Rab, 15 Januari 2020 | 11:30 WIB

Ansor Pamekasan: Tanamkan Paham Aswaja Sejak Dini

Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Pamekasan, Miftahul Munir saat menjadi pemateri di Makesta PK IPNU MA Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan, Rabu (15/1). (Foto: NU Online/Sulaiman)

Pamekasan, NU Online

Menjamurnya paham radikal yang saat ini sudah begitu massif menyusup di tengah-tengah masyarakat, harus diantispasi sedemikian rupa. Salah satunya adalah dengan menanamkan ajaran Ahlussunnah wal jama'ah (Aswaja) sejak dini.

 

Demikian diungkapkan Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Pamekasan, Miftahul Munir saat ditemui NU Online usai memberikan materi keorganisasian di kegiatan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Madrasah Aliyah Miftahul Ulum, Bettet, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (15/1).

 

"Sudah seharusnya menanamkan paham Aswaja sejak dini kepada siswa atau kaum santri. Saatnya memberikan pengetahuan lebih tentang Nahdlatul Ulama, guna menyelamatkan mereka dari pengaruh radikalisme," ucap Miftahul Munir.

 

Menurutnya, penting sekali keterlibatan santri dalam organisasi IPNU, karena dari organisasi ini, mereka akan mengetahui perjuangan NU, termasuk dalam kontribusinya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

"Melalui IPNU, santri akan tahu seperti apa NU dan bagaimana bentuk dan arah perjuangan NU. Mereka harus tahu keterlibatan para ulama NU dalam kemerdekaan Indonesia," tegas mantan mahasiswa pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.

 

Apalagi di era yang serba teknologi seperti sekarang, hantaman terhadap Nahdlatul Ulama sangat besar. Melalui media sosial ada kelompok yang berusaha membangun stigma bahwa NU adalah organisasi kemasyarakatan (ormas) yang tidak baik dan tak patut untuk diikuti.

 

"Harus kita sadari di era industri 4.0 ini, hantaman terhadap Nahdlatul Ulama sekarang ini luar biasa. Ada upaya-upaya dari kelompok yang tidak sejalan, memberikan stigma bahwa NU itu tidak baik, dan mereka juga memberikan pemahaman bahwa tidak penting mengikuti ulama-ulama NU," tambahnya.

 

Namun, menurut mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Pamekasan itu, pengurus IPNU dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam mengenalkan kultur NU, sehingga santri dan masyarakat memiliki ketertarikan mengenal NU lebih mendalam.

 

"Pendekatan kita harus menarik. Agar mereka betah berproses di Nahdlatul Ulama dan tertarik mengenal kultur organisasi yang didirikan oleh Mbah Hasyim Asy'ari ini," pungkasnya.

 

Pewarta: Sulaiman

Editor: Aryudi AR