Solo, NU Online
Dalam perumusan dasar-dasar Negara Indonesia, terdapat pula unsur dari para ulama yang terlibat di dalamnya. Termasuk salah satunya, yakni KH Wahid Hasyim.
"Dalam pendirian negara ini, ada unsur ulama, seperti KH Wahid Hasyim yang pasti juga selalu berkonsultasi dengan ayahanda beliau, Hadratssyaikh KH Hasyim Asy'ari," terang Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Tengah Solahudin Aly, pada acara bincang kebangsaan di Aula kampus UNU Surakarta, di Mojosongo Jebres Surakarta, Sabtu (22/9) sore.
Dalam konteks tersebut, kata Solah, setiap ada perumusan kebijakan tentang dasar negara dan lain sebagainya, tentu sudah pasti menggunakan pertimbangan syariat agama. "Maka dari itu, sudah tidak perlu lagi ada istilah NKRI bersyariat," tegasnya.
Ditambahkan Solah, dalam upaya merajut keberagaman bangsa, diperlukan pula peran kaum muda. "Karena di era sekarang, komunikasi lebih cepat dengan adanya media sosial. Perlu pula untuk sering-sering berkumpul dan mengenal, karena keanekaragaman perlu dipertemukan," kata dia.
Sementara itu tokoh dari Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Sumartono Hadinoto, mengingatkan untuk pentingnya dalam upaya bersama menjaga persatuan.
"Dari sisi tata laku masyarakat, kita harus selalu ingat bahwa kita Indonesia. Nyatanya di dalam sebuah organisasi sosial pun terkadang masih beragam," tuturnya.
Selain, kedua tokoh di atas, turut hadir sebagai narasumber dalam acara bertajuk "Merajut Persatuan dengan Semangat Toleransi Dalam Keberagaman" ini, Ketua Pusat Studi Pancasila UNS Hermanu Jobagio.
Bincang kebangsaan ini, menjadi rangkaian dari acara pelantikan pengurus cabang PMII Kota Surakarta periode 2018-2019 yang diketuai Najih Fikriyah. (Ajie Najmuddin/Muiz)