Mojokerto, NU Online
Untuk dapat merasakan hidup bahagia, maka ada sejumlah sifat yang harus dihindari. Ada jaminan bahwa kebahagiaan yang diraih tak semata di dunia, bahkan saat di alam kubur, hingga di alam keabadian kelak.
Hal tersebut disampaikan KH Akad Sujadi pada kegiatan halal bihalal yang diselenggarakan di Desa Mojoranu, Sooko, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (18/6).
“Mereka yang merasakan hidup bahagia, tidak harus disaksikan saat akan meninggal atau ketika di akhirat kelak. Saat di dunia saja akan bisa kita saksikan dengan jelas kebangkrutannya,” katanya di hadapan hadirin yang memadati lokasi halal bihalal.
Sebagai gambaran, tidak sedikit bahkan kebanyakan mereka yang memiliki sifat buruk berikut ini, akhirnya gagal dalam menjalani hidup. Alih-alih menjadi kebanggaan, yang diterima justru aib dan penderitaan.
“Sifat buruk pertama adalah durhaka kepada kedua orang tua,” katanya. Dirinya juga mengingatkan bahwa termasuk orang tua adalah mertua.
Dalam Al-Qur’an perintah atas hal ini sangat jelas dan gamblang. “Jangankan menyakiti secara fisik orang tua dan mertua, menjawab dengan perkataan ketus saja dilarang,” ungkapnya.
Padahal, ridha Allah SWT sangat bergantung kepada bagaimana perilaku anak dan menantu kepada orang tua maupun mertuanya. “Bila kedua orang tua rela, maka demikian juga Allah SWT ridha kepada kita,” jelasnya.
Mereka yang dengan sangat terbuka maupun secara samar durhaka, tak perlu menunggu saat tua. “Bahkan saat usia muda saja sudah pasti bangkrut,” tegasnya.
Berikutnya yang pasti terpuruk adalah istri yang berkhianat. Ini dapat ditunjukkan dengan perilaku serong atau selingkuh denga laki-laki lain.
KH Akad Sujadi mengingatkan, istri yang khianat akan menghabiskan berapa pun uang yang diberikan sang suami. Padahal peran istri sekaligus ibu demikian sentral dalam rumah tangga, khususnya kepada buah hati.
“Yang ketiga adalah pemimpin yang ternyata tidak semakin taat,” katanya.
Pemimpin model seperti ini adalah tidak menjadikan jabatan dan kekuasaan serta kepercayaan yang disandangnya untuk kian taat. “Banyak kalangan yang sebelum diangkat sebagai pemimpin demikian baik. Namun justru berperilaku buruk kala diberi amanah,” sergah kiai asal Jombang ini.
Orang-orang model seperti ini tidak akan bisa merasakan kebahagiaan dari kekuasaan yang dimiliki. “Bahkan dapat dipastikan akan terjerumus dalam kenistaan,” ungkapnya.
KH Akad Sujadi juga mengingatkan agar jamaah untuk bisa mengukur kemampuan saat bernadzar. “Karena bila sudah bernadzar, maka wajib dilaksanakan,” katanya.
Baginya, orang yang gemar mengkhianati sumpah dari nadzar yang disampaikan, maka pada saatnya akan terpuruk lantaran telah berjanji kepada Allah SWT namun tidak melaksanakannya.
Sedangkan yang terakhir adalah kalangan yang gemar menghindar dari ikatan keluarga. “Dengan alasan apapun, jangan pernah keluar dari kegiatan keluarga, apalagi mengatakan rugi,” tukasnya.
Dalam pandangan KH Akad Sujadi, banyak manfaat yang bisa direngkuh saat terus menjaga pertemuan keluarga. “Di samping tentu saja jaminan akan dipanjangkan usia, serta diluaskan rejekinya dengan keberkahan sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits,” pungkasnya. (Red: Ibnu Nawawi)