Daerah

Ali Suparto Pimpin Ansor Surabaya

NU Online  ·  Senin, 12 November 2007 | 08:20 WIB

Surabaya, NU Online
Seperti yang telah diprediksi sebelumnya, H Ali Suparto akhirnya terpilih menjadi Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Surabaya dalam konfercab yang berlangsung di Hotel Tunjungan, Ahad (11/12) malam.

Ia berhasil mengungguli pesaing terberatnya, Choirul Anam. Dengan kemenangan ini, Ali Suparto yang sebelumnya menjadi wakil ketua akan menggantikan H Masduki Toha yang sudah menjabat Ketua PC GP Ansor Surabaya dua periode.

<>

Proses pemilihan berjalan cukup alot karena pembahasan tata tertib (tatib) molor hingga empat jam. Akibatnya, proses pemilihan baru kelar sekitar pukul 22.30 WIB.

Proses pemilihan dilakukan dalam dua tahap yang diawali dengan pencalonan. Dalam tahap pencalonan, Ali Suparto sudah unggul dengan 15 suara, Choirul Anam (13) dan H Nasron (1).

Karena sesuai tatib calon yang lolos tahap berikut minimal harus mengantongi sembilan suara, maka hanya Ali Suparto dan Choirul Anam yang berhak maju. Dalam pemilihan berikutnya, Ali Suparto mendulang 16 suara dan Choirul Anam mendapat 13 suara.

Meski GP Ansor bukan organisasi politik, tetapi proses pemilihan ketua organisasi induk Bantuan Serbaguna (Banser) itu ternyata banyak dimasuki kepentingan kelompok luar. Akibatnya, isu money politics sempat mencuat menjelang proses pemilihan ketua.

Menurut informasi, setiap MWC menerima uang muka dari orang luar untuk mendukung calon tertentu. Di Surabaya terdapat 31 MWC, tetapi yang bisa mengikuti konfercab hanya 29 MC, sedang yang dua MWC tidak ikut karena belum ada SK.

“Proses pemilihan memang dikotori orang luar yang tidak bertanggung jawab. Saya sendiri tidak mengerti mengapa ada orang luar yang tiba-tiba berkepentingan di GP Ansor,” kata Masduki Toha, mantan GP Ansor Surabaya yang juga Sekretaris Komisi A DPRD Surabaya.

Pembukaan konfercab GP Ansor Surabaya kemarin dihadiri Ketua Umum GP Ansor Syaifulah Yusuf. Masih dalam rangka Hari Pahlawan, mantan Menneg Percepatan Daerah tertinggal itu juga berziarah ke makam Bung Tomo di TMP Ngagel. Syaifulah mengaku prihatin karena hingga kini pemerintah belum mengakui Bung Tomo sebagai Pahlawan Nasional. (gpa)