Daerah

Akuntansi UNU Yogyakarta Kembangkan Program Kewirausahaan Digital

NU Online  ·  Selasa, 7 Agustus 2018 | 13:30 WIB

Akuntansi UNU Yogyakarta Kembangkan Program Kewirausahaan Digital

Ketum PBNU saat launching UNU Yogyakarta.

Yogyakarta, NU Online
Masa depan ekonomi digital bisa menjadi salah satu sektor yang akan banyak memberikan sumbangsih positif pada penguatan perekonomian Indonesia. Hal itu dapat dilacak dari menguatnya peran teknologi informasi dalam dunia bisnis. 

“Apalagi hadirnya media sosial dalam konteks ekonomi digital semakin mengambil peran hingga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat,” kata Bambang Arianto, Selasa (7/8). Hal itulah yang menjadi indikator dari kemunculan fenomena kewirausahaan digital, lanjut dosen di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta ini.

Sadar dengan tantangan tersebut, program studi akuntansi UNU Yogyakarta mengembangkan program kewirausahaan digital. “Program ini akan masuk dalam mata kuliah dan menjadi salah satu keunggulan Prodi akuntansi di UNU,” jelasnya.

Jika ditelaah, kewirausahaan digital berasal dari kata teknopreneur yang bermakna wirausaha digital serta gabungan antara teknologi dan entrepreneur. “Dengan demikian kewirausahaan digital adalah upaya pemanfaatan teknologi informasi dan bisnis yang semakin banyak digeluti oleh masyarakat,” ungkapnya. 

“Jadi tidak heran bila kemudian, saban hari banyak start-up yang berbasis digital hingga online shoping kian menjamur dan memberikan beragam pilihan yang inovatif kepada masyarakat,” terangnya. Bahkan beberapa perusahaan rintisan Indonesia berbasis digital telah banyak mewarnai dinamika baru kehidupan masyarakat di era ekonomi digital, lanjutnya sembari menyebut Tokopedia, Bukalapak, Gojek dan masih banyak yang lain.

Menurut Bambang Arianto, dari studi Chayapa & Cheng Lu ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk berbelanja online. “Di antaranya kenyamanan karena sebagian besar masyarakat mulai berusaha menghindari keramaian hingga berdesak-desakan saat berbelanja di pusat perbelanjaan,” jelasnya. 

Pertimbangan berikutnya karena kelengkapan informasi yang cepat dan mudah. “Yang juga penting adalah ketersediaan produk dan jasa tanpa tanpa harus berkunjung ke toko tersebut,” sergahnya. 

Sedangkan yang tidak kalah penting adalah efisiensi biaya dan waktu. “Karena berbelanja melalui online dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja,” tegasnya. Identifikasi itu mengonfirmasi bahwa online shopping yang merupakan bagian dari kewirausahaan digital telah banyak menawarkan solusi berupa kemudahan dan kenyaman dengan tarif yang lebih murah, lanjutnya.

Kendati demikian, nyatanya faktor yang dapat memperkuat model kewirausahaan digital tidak segera direspon oleh para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau UMKM. “Bahkan di Indonesia jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM yang memanfaatkan internet untuk menjual produk masih sangat minim,” katanya. 

Bambang Arianto kemudian menjelaskan hasil riset Deloitte tahun 2016, hanya 9% dari 57,9 juta UMKM yang serius menjual produk melalui jejaring sosial yang terintegrasi maupun melalui platform e-commerce. Selain itu, hanya terdapat 37% pelaku UMKM yang sama sekali tidak memiliki akses internet, baik melalui komputer atau smartphone. Sedangkan 36% UMKM lainnya memiliki akses internet namun tidak digunakan untuk penjualan produk. Sedangkan, 18% lainnya hanya menggunakan jejaring media sosial untuk penjualan produk. Padahal, mengutip penelitian Bank Dunia bahwa keterlibatan UMKM secara digital bisa menjadi salah satu pendorong pencapaian target pertumbuhan ekonomi 7% di tahun 2025 mendatang. 

“Oleh sebab itu, mata kuliah kewirausahaan digital ke depan akan menjadi salah satu alternatif bagi jamaah nahdliyin agar bisa menjadi pelaku usaha yang bisa memanfaatkan teknologi informasi dan tentunya bersaing di era revolusi industri,” ungkapnya. 

Dalam mata kuliah ini para mahasiswa akuntansi UNU Yogyakarta akan belajar internet marketing, buzz marketing, menjadi influencer di media sosial, membangun e-commerce, membuat aplikasi keuangan digital hingga bisa mendirikan start-up digital. “Bila program ini bisa banyak melahirkan entreprener dan pelaku UMKM dari kalangan santri yang berbasis digital, maka secara tidak langsung bisa meningkatkan ekosistem pertumbuhan ekonomi Indonesia,” pungkas alumnus program doktoral sistem informasi akuntansi ini.  (Red: Ibnu Nawawi)