Jember, NU Online
Pada dasarnya bangsa Indonesia mempunyai modal untuk bersatu, rukun dan hidup berdampingan di tengah perbedaan agama, suku, dan budaya. Setidaknya, ada 4 hal sebagai modal untuk merajut kerukunan dan kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yaitu Pancasila, budaya guyub, suka membantu orang lain, dan perintah agama.
“Itu semua modal penting bagi kita untuk bersatu, hidup dalam persaudaraan,” ujar Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jember, Jawa Timur, Gus Muis Sonhaji saat menjadi narasumber dalam Dialog Lintas Agama dengan tema Optimalisasi Peran Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat dalam Menjaga Kerukunan Umat di cafe Kancakona Kopi, Tegalbesar, Jember, Senin (18/11).
Menurut pengasuh Pesantren Asy-Syafa’ah, Kebonsari, Jember itu, Pancasila merupakan ideologi negara yang dibuat untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Sehingga apapun budaya dan sukunya, Pancasila dapat menjadi sarana pemersatu dari segala perbedaan yang ada.
“Itu sudah pasti, karena Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa Indonesia,” jelasnya.
Sedangkan ‘budaya guyub’, tambahnya, merupakan akar yang sudah lama menjadi adat dan tradisi bangsa Indonesia. Sementara ‘suka membantu orang lain’ adalah ciri khas sosial masyarakat Indonesia. Budaya luhur ini, kata Gus Muis, memang sudah lama tumbuh dan berkembang di Indonesia.
“Saling membantu, itu satu tradisi yang subur di Indonesia. Ini beda dengan negara lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, mereka lebih cenderung nafsi-nafsi,” terangnya.
Dan yang terakhir adalah perintah agama. Kata Gus Muis, dalam agama apapun, perintah untuk bersatu dan hidup dalam persaudaraan, baik dengan satu penganut agama maupun dengan penganut beda agama, itu pasti ada. Tinggal penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Maka itu semua adalah modal kita untuk hidup penuh rukun dan bersaudara,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Jember, Nyai Emi Kusminarni memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara tersebut. Sebab memang kebersamaan dan persaudaraan perlu dirajut tanpa kenal ruang dan waktu. Apalagi akhir-akhir ini ancaman pertikaian dan konflik yang mengarah pada perpecahan anak bangsa, masih menyembul.
“Dan jangan lupa soal agama merupakan isu yang sangat sensitif, dan dalam sekejap saja bisa menjadi malapetaka. Saya kira ini (acara) bagus sekali,” jelasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua