Daerah

18 Tahun di IPNU Bermodal Doa Restu

Sab, 13 Maret 2021 | 01:00 WIB

18 Tahun di IPNU Bermodal Doa Restu

"Pernah waktu menjabat Ketua PAC dulu tahun 2005 sampai dibelikan sepeda motor dan juga hp dengan modal yang pas-pasan agar saya bisa sekolah juga bisa aktif di PAC waktu itu," tutur Fadli Kamis (11/3). (Foto: istimewa)

Lamongan, NU Online
Selain semangat dan berikhtiar setiap kesuksesan kita pasti didasari dari doa dan dukungan orang tua, baik berupa motivasi hingga berupa materi. Mau bagaimanapun keadaannya doa dan jerih payah orang tua selalu menyertai kita.


Hal itu diungkapkan oleh sosok Imam Fadli, Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) periode 2015-2018. Hingga tahun 2018, Fadil sudah berkhidmah di IPNU selama 18 tahun karena ia aktif di IPNU sejak tahun 2000.

 

"Pernah waktu menjabat Ketua PAC dulu tahun 2005, sampai dibelikan sepeda motor dan juga hp dengan modal yang pas-pasan agar saya bisa sekolah, juga bisa aktif di PAC waktu itu," tutur Fadli saat dihubungi NU Online, Kamis (11/3).

 

Selama berkhidmah di IPNU ia mempunyai motivasi di antaranya adalah niat untuk memperbaiki diri dan bisa bermanfaat bagi orang lain. "Niat awal terjun di IPNU itu ya, cuma ingin memperbaiki diri, ngalap barokah dan agar bisa bermanfaat bagi orang lain," ungkap mantan Ketua Pengurus Wilayah (PW) IPNU Jawa Timur itu. 

 

Dirinya menambahkan, kutipan dari buku Prof Mohammad Tolhah Mansoer, yang mendirikan IPNU untuk mencetak kader unggul dan SDM berkualitas yang dekat dengan  masyarakat, bukan mencetak kader unggul yang elite dan jauh dari masyarakat.


Karena itu, menurut dia, menjadi pimpinan harus totalitas dan meluangkan banyak waktu untuk organisasi. Apa pun yang dilakukan dengan fokus maka hasilnya pun juga akan bagus. "Prinsip saya itu, yang penting mengalir saja. Pokoknya totalitas dan meluangkan banyak waktu untuk NU serta terbuka, masalah pintar itu nomor sekianlah," tutur pria yang kini sedang menempuh S3 di Universitas Merdeka Malang.

 

Pria yang menyelesaikan S1 di Unisda Lamongan itu juga mengisahkan saat menjadi Ketua Pimpinan Cabang (PC) Lamongan, ia tinggal di kantor PCNU dan hanya pulang sebulan sekali. Demikian juga saat menjadi Ketua IPNU Jawa Timur.

 

Dengan Trilogi Belajar, Berjuang Bertaqwa, menurutnya banyak hal yang bisa didapatkan ketika berorganisasi di NU selain relasi. Di antaranya bisa dekat dengan tokoh-tokoh NU baik dari tingkat ranting maupun sampai pusat.

 

"Apa yang saya punya saat ini semua dari buah khidmah saya di NU, bahkan saya ketemu istri saya juga karena aktif di IPNU ini," pungkasnya.

 

Kontributor: Imam Mawardi
Editor: Kendi Setiawan