Dzikir-Doa Bersama Setelah Shalat, Apakah Bid'ah?
NU Online Ā· Rabu, 21 Mei 2014 | 23:12 WIB
Sejak dahulu kalau saya mengimami shalat pasti saya tutup dengan doa bersama. Saya memang belum tahu hadits berkenaan dengan doa bersama setelah shalat. Tetapi karena sedari dulu amaliyah orang NU ya seperti itu, maka saya ikuti saja dan saya yakin itu benar. Belakangan amaliyah saya ini dipermasalahkan. Kata mereka Nabi SAW tak pernah melakukan doa bersama setiap selesai shalat fardlu. Mohon penjelasannya.<>
Jawaban
Penanya yang budiman, semoga dirahmati Allah swt. Sebelum masuk pada pembasan doa bersama, maka kami akan mengetengahkan secara singkatĀ mengenai dzikir bersama, dimana sebenarnya masalah ini sudah dibahas para ulama terdahulu. Sebagaimana yang kita ketuahi bahwa bahwa berdzikir bisa dilakukan dengan sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Dalam shalat berjamaah sebaiknya dilakukan bersama-sama. Imam membaca dzikir dengan keras dan makmum mengikutinya. Hal ini didasarkan keumuman hadits:
Ų¹ŁŁŁ Ų£ŁŲØŁŁ ŁŁŲ±ŁŁŁŲ±ŁŲ©Ł ŁŁŲ£ŁŲØŁŁ Ų³ŁŲ¹ŁŁŲÆŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŲÆŁŲ±ŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁŁŁŁ
ŁŲ§ Ų“ŁŁŁŲÆŁŲ§ Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ
Ł Ų£ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ: ŁŁŲ§ ŁŁŁŁŲ¹ŁŲÆŁ ŁŁŁŁŁ
Ł ŁŁŲ°ŁŁŁŲ±ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŲ²ŁŁ ŁŁŲ¬ŁŁŁŁ Ų„ŁŁŁŁŲ§ ŲŁŁŁŁŲŖŁŁŁŁ
Ł Ų§ŁŁŁ
ŁŁŁŲ§Ų¦ŁŁŁŲ©ŁŲ ŁŁŲŗŁŲ“ŁŁŁŲŖŁŁŁŁ
Ł Ų§ŁŲ±ŁŁŲŁŁ
ŁŲ©ŁŲ ŁŁŁŁŲ²ŁŁŁŲŖŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁŁ
Ł Ų§ŁŲ³ŁŁŁŁŁŁŁŲ©ŁŲ ŁŁŲ°ŁŁŁŲ±ŁŁŁŁ
Ł Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŁŁ
ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŲÆŁŁŁ (Ų±ŁŲ§Ł Ł
Ų³ŁŁ
Ā āDari Abi Hurairah ra dan Abi Said al-Khudri ra bahwa keduanya telah menyaksikan Nabi saw beliau bersabda: āTidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah āazza wa jalla kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan ketenangan hati turun kepada mereka, dan Allah menyebut (memuji) mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nyaā (H.R. Muslim)
Di sisi lain memang beberapa hadits shahih yang tampak memiliki maksud berbeda. Di satu sisi terdapat hadits yang menunjukkan bahwa membaca dzikir dengan suara keras setelah sahalat fardlu sudah dilakukan para sahabat pada masa Nabi saw. Hal ini sebagaiman dikemukakan oleh Ibnu Abbas ra:
Ų¹ŁŁŁ Ų§ŲØŁŁŁ Ų¹ŁŲØŁŁŲ§Ų³Ł ŁŁŲ§ŁŁ : Ų£ŁŁŁŁ Ų±ŁŁŁŲ¹Ł Ų§ŁŲµŁŁŁŁŲŖŁ ŲØŁŲ§ŁŲ°ŁŁŁŁŲ±Ł ŲŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲµŁŲ±ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ§Ų³Ł Ł
ŁŁŁ Ų§ŁŁŁ
ŁŁŁŲŖŁŁŲØŁŲ©ŁŲ ŁŁŲ§ŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ
Ł (Ų±ŁŲ§Ł Ų§ŁŲØŲ®Ų§Ų±Ł ŁŁ
Ų³ŁŁ
āDari Ibnu Abbas ra ia berkata: āBahwa mengerasakan suara dalam berdzikir ketika orang-orang selesai shalat maktubah itu sudah ada pada masa Nabi sawā (H.R. Bukhari-Muslim)
Ā
Namun terdapat juga hadits lain yang berkebalikan, yang menunjukkan adanya anjuran untuk memelankan suara ketika berdzikir, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:
Ų§Ų±ŁŲØŁŲ¹ŁŁŲ§ Ų¹ŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁŁŲ³ŁŁŁŁ
ŁŲ ŁŁŲ„ŁŁŁŁŁŁŁ
Ł ŁŲ§Ł ŲŖŁŲÆŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų£ŁŲµŁŁ
ŁŁ ŁŁŁŲ§Ł ŲŗŁŲ§Ų¦ŁŲØŁŲ§Ų ŁŁŁŁŁŁŁŁ ŲŖŁŲÆŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų³ŁŁ
ŁŁŲ¹ŁŲ§ ŲØŁŲµŁŁŲ±ŁŲ§ (Ų±ŁŲ§Ł Ų§ŁŲØŲ®Ų§Ų±Ł
āRingankanlan atas diri kalian (jangan mengerasakan suara secara berlebihan) karena susunggunya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tidak mendengar dan tidak kepada yang ghaib, akan tetapi kalian berdoa kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihatā (H.R. Bukhari)
Dari kedua hadits tersebut dapat dipahami bahwa mengeraskan suara dalam berdzikir dan memelannkannya sama-sama memiliki landasan yang shahih. Maka dalam konteks ini Imam an-Nawawi berusaha untuk menjembatani keduanya dengan cara memberikan anjuran kepada orang yang berdzikir untuk menyesuakan dengan situasi dan kondisi. Berikut ini adalah penjelasan Imam an-Nawawi yang dikemukan oleh penulis kitab Ruh al-Bayan.
Ā ŁŁŁŁŲÆŁ Ų¬ŁŁ
ŁŲ¹Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ£ŁŲŁŲ§ŲÆŁŁŲ«Ł Ų§ŁŁŁŲ§Ų±ŁŲÆŁŲ©Ł ŁŁŁ Ų§Ų³ŁŲŖŁŲŁŲØŁŲ§ŲØŁ Ų§ŁŲ¬ŁŁŁŲ±Ł ŲØŁŲ§ŁŲ°ŁŁŁŁŲ±Ł ŁŁŲ§ŁŁŁŲ§Ų±ŁŲÆŁŲ©Ł ŁŁŁ Ų§Ų³ŁŲŖŁŲŁŲØŁŲ§ŲØŁ Ų§ŁŲ„ŁŲ³ŁŲ±ŁŲ§Ų±Ł ŲØŁŁŁ ŲØŁŲ£ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ„ŁŲ®ŁŁŁŲ§Ų”Ł Ų£ŁŁŁŲ¶ŁŁŁ ŲŁŁŁŲ«Ł Ų®ŁŲ§ŁŁ Ų§ŁŲ±ŁŁŁŁŲ§Ų”Ł Ų£ŁŁŁ ŲŖŁŲ£ŁŲ°ŁŁŁ Ų§ŁŁ
ŁŲµŁŁŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ§Ų¦ŁŁ
ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŲ¬ŁŁŁŲ±Ł Ų£ŁŁŁŲ¶ŁŁŁ ŁŁŁ ŲŗŁŁŁŲ±Ł Ų°ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŁ
ŁŁŁ ŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŲ«ŁŲ±Ł ŁŁŁŁŲ£ŁŁŁ ŁŁŲ§Ų¦ŁŲÆŁŲŖŁŁŁ ŲŖŁŲŖŁŲ¹ŁŲÆŁŁŁ Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŁŲ§Ł
ŁŲ¹ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ£ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁŲøŁ ŁŁŁŁŲØŁ Ų§ŁŲ°ŁŁŲ§ŁŁŲ±Ł ŁŁŁŁŲ¬ŁŁ
ŁŲ¹Ł ŁŁŁ
ŁŁŁŁ Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŲ±Ł ŁŁŁŁŲµŁŲ±ŁŁŁ Ų³ŁŁ
ŁŲ¹ŁŁŁ Ų„ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ·ŁŲ±ŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŁ
Ł ŁŁŁŁŲ²ŁŁŲÆŁ ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ“ŁŲ§Ų·Ł (Ų£ŲØŁ Ų§ŁŁŲÆŲ§Ų” Ų„Ų³Ł
Ų§Ų¹ŁŁ ŲŁŁŲ Ų±ŁŲ Ų§ŁŲØŁŲ§ŁŲ ŲØŁŲ±ŁŲŖ-ŲÆŲ§Ų± Ų§ŁŁŁŲ±Ų Ų¬Ų 3Ų Ųµ. 306
āImam an-Nawawi memadukan antara hadits-hadits yang menganjurkan (mustahab) mengeraskan suara dalam berdzikir dan hadits-hadits yang menganjurkan memelankan suara dalam berdzikir; bahwa memelankan suara dalam berdzikir itu lebih utama sekiranya dapat menutupi riya dan mengganggu orang yang shalat atau orang yang sedang tidur. Sedangkan mengeraskan suara dalam berdzikir itu lebih utama pada selain dua kondisi tersebut karena: pebuatan yang dilakukan lebih banyak, faidah dari berdzikir dengan suara keras itu bisa memberikan pengaruh yang mendalam kepada pendengarnya, bisa mengingatkan hati orang yang berdzikir, memusatkan perhatiannya untuk melakukan perenungan terhadap dzikir tersebut, mengarahkan pendenganrannya kepada dzikir terebut, menghilankan kantuk dan menambah semangatnyaā. (Abu al-Fida` Ismail Haqqi, Ruh al-Bayan, Bairut-Dar al-Fikr, juz, 3, h. 306)
Sedang mengenai doa bersama, yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah setelah imam selesai shalat bersama-sama dengan makmum melakukan dzikir kemudian imam melakukan doa yang diamini oleh makmunya. Hal ini jelas diperbolehkan, dan di antara dalil yang memperbolehkannya adalah hadits berikut ini:
Ų¹ŁŁŁ ŲŁŲØŁŁŁŲØŁ ŲØŁŁŁ Ł ŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŲ©Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ±ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ§ŁŁ Ł ŁŲ¬ŁŲ§ŲØŁ Ų§ŁŲÆŁŁŲ¹ŁŁŁŲ©Ł Ų±ŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ: Ų³ŁŁ ŁŲ¹ŁŲŖŁ Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁŁŁ: ŁŲ§Ł ŁŁŲ¬ŁŲŖŁŁ ŁŲ¹Ł ŁŁŁŁŁ Ł Ł ŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲÆŁŲ¹ŁŁŁ ŲØŁŲ¹ŁŲ¶ŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŲ¤ŁŁ ŁŁŁŁ ŲØŁŲ¹ŁŲ¶ŁŁŁŁ Ł Ų„ŁŁŲ§ŁŁ Ų§Ų³ŁŲŖŁŲ¬ŁŲ§ŲØŁ Ų§ŁŁŁŁ ŲÆŁŲ¹ŁŲ§Ų”ŁŁŁŁ Ł. Ų±ŁŲ§Ł Ų§ŁŲ·ŲØŲ±Ų§ŁŁ
āDari Habib bin Maslamah al-Fihri ra āia adalah seorang yang dikabulkan doanya-, berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidaklah berkumpul suatu kaum muslim yang sebagian mereka berdoa, dan sebagian lainnya mengamininya, kecuali Allah mengabulkan doa mereka.ā (HR. al-Thabarani)
Mahbub Maāafi Ramdlan
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua