Bahtsul Masail

Apakah Dosa Juga Dilipatgandakan di Bulan Ramadhan?

Sel, 28 April 2020 | 16:30 WIB

Apakah Dosa Juga Dilipatgandakan di Bulan Ramadhan?

Allah sudah cukup pemaaf dan pemurah. Di luar Ramadhan, kasih dan sayang-Nya begitu besar.

Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Redaksi NU Online, Allah memberikan kemurahan-Nya pada bulan Ramadhan dengan melipatgandakan kebaikan umat Islam. Pertanyaannya kemudian, apakah hal ini juga berlaku pada balasan perbuatan dosa di bulan Ramadhan? Mohon keterangannya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Umar/Depok)

Jawaban
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Ramadhan adalah bulan mulia. Ibadah di dalamnya juga bernilai pahala besar, yaitu puasa, shalat malam, tadarus, sedekah sunnah, dan amal ibadah lainnya.

Kemurahan Allah pada bulan Ramadhan dibuka luas tidak terhingga. Jangankan aktivitas ibadahnya, istirahat atau tidur orang berpuasa dinilai ibadah pada bulan Ramadhan, terlebih lagi ibadah puasa itu sendiri. Hadits riwayat Imam Muslim berikut ini menggambarkan betapa luasnya kemurahan Allah SWT dalam melipatgandakan amal kebaikan hamba-Nya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Semua amal kebaikan anak manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan serupa hingga 700 kali lipat. Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Puasa adalah milik-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya karena ia meninggalkan syahwat dan makanan demi Aku.' Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan, yaitu satu kebahagiaan saat berbuka puasa dan satu kebahagiaan lainnya saat menemui Tuhannya. Sungguh bau mulutnya lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi,’” (HR Muslim).

Sebenarnya Allah sudah cukup pemaaf dan pemurah. Di luar bulan Ramadhan, kasih dan sayang-Nya begitu besar terhadap hamba-Nya. Allah mencatat sebuah kebaikan atas niat baik seseorang. Tetapi Dia akan melipatgandakan niat baik tersebut yang diikuti dengan amal seseorang sebagai pelaksanaan dari niatnya itu.

Adapun terkait niat jahat seseorang, Allah tidak mencatatnya sebagai sebuah kejahatan. Dia baru menulis sebuah kejahatan untuk seseorang yang menjalankan rencana atau niat jahatnya yang sebelumnya tersimpan di hati sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim berikut ini. 

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً

Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA, dari Rasulullah SAW pada apa yang diriwayatkan dari Allah, ia bersabda, ‘Allah menulis kebaikan dan kejahatan. Ia kemudian menerangkan, siapa saja yang terpikir untuk berbuat kebaikan dan ia belum melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sebuah kebaikan sempurna. Tetapi bila ia terpikir untuk berbuat kebaikan dan ia kemudian melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan yang berlipat ganda hingga 700 hingga kelipatan yang banyak. Namun, jika ia terpikir untuk berbuat kejahatan dan ia belum melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sebuah kebaikan sempurna. Tetapi bila ia terpikir untuk berbuat kejahatan dan ia kemudian melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sebuah kejahatan saja,’” (HR Bukhari dan Muslim).

Adapun soal pelipatgandaan catatan dosa atas kejahatan yang dilakukan pada bulan Ramadhan, kami temukan keterangannya pada syarah hadits Riyadhus Shalihin karya As-Shiddiqi berikut ini. Menurutnya, amal pembalasan amal kejahatan tidak dilipatgandakan sebagaimana keterangan Surat Al-An’am ayat 160.

Sebuah kejahatan, menurutnya, akan diganjar dengan satu balasan yang setimpal. Namun demikian, pelipatgandaan balasan atas kejahatan mungkin saja terjadi karena sejumlah hal, termasuk karena dilakukan di bulan-bulan mulia, antara lain bulan Ramadhan.

وإن همّ بها فعملها كتبها الله سيئة واحدة زاد أحمد «ولم تضاعف عليه» ويدل له قوله تعالى: فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا (الأنعام: 160) نعم قد تعظم بشرف زمان أو مكان كالأشهر الحرم ورمضان ومكة، أو بشرف الفاعل لها وقوة معرفته بالله تعالى وقربه منه، فإن من عصى السلطان على بساطه أعظم جرماً ممن عصاه على بعد

Artinya, “(Tetapi bila ia terpikir untuk berbuat kejahatan dan ia kemudian melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sebuah kejahatan saja), dalam riwayat Ahmad disebutkan tambahan ‘dan (dosa itu) tidak dilipatgandakan.’ Surat Al-An’am ayat 160 menunjukkan hal ini, ‘(Kejahatan) Seseorang tidak dibalas kecuali dengan yang setimpal.’ Namun, dosa itu juga kadang dilipatgandakan karena keagungan waktu atau tempat seperti bulan-bulan terhormat, Ramadhan, atau Makkah; atau karena kemuliaan pelakunya dan kekuatan makrifat serta kedekatannya dengan Allah. Pasalnya, pembangkangan seseorang terhadap penguasa di karpet merahnya lebih besar tingkat kesalahannya daripada pembangkangan seseorang dari jauh,” (Lihat Ibnu Alan As-Shiddiqi, Dalilul Falihin li Thuruqi Riyadhis Shalihin, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa tahun], juz I, halaman 77).
 
Terlepas dari semua catatan Allah atas amal kita, seharusnya kita mengambil kesempatan untuk memperbanyak kebaikan dan menjauhi segala larangan Allah pada bulan Ramadhan, dan pada bulan mulia lainnya.

Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.
 

(Alhafiz Kurniawan)