Seperti tahun-tahun sebelumnya, setelah berlebaran maka disetiap sudut kehidupan umat Islam menggelar acara halal bihalal. Tak terkecuali bagi komunitas muslim di bawah naungan jamiyah Nahdlatul Ulama, halal bi halal bagai nyaris menjadi fardlu ain. Karena 'ritual' ini diyakini menjadi jalan menuju ke surga.
“Jalan ke surga itu banyak macamnya, apakah jalan itu sulit ditempuh atau ringan, tergantung pada tiap individu. Seperti halal bihalal ini bisa menjadi jalan menuju surga-Nya,” ungkap Habib Abdul Qodir Al Athos dari Kota Tegal saat menyampaikan tausiyah pada Halal bi halal MWC NU Kec. Dukuhwaru Kab. Tegal di Sekretariat MWC NU jalan raya Kabunan Dukuhwaru Tegal Ahad (4/10).<>
Menurut Habib, ada tiga hal penting mengapa halal bihalal bisa menjadi jalan menuju surga, bila pertama, orang tersebut memaafkan orang yang menyakiti/mendzoliminya. Kedua, menyambung tali silaturokhim dan ketiga memberi pada orang yang bakhil pada diri kita. “Ketiga hal tersebut bisa ringan bisa berat, tergantung pada niat kita untuk melakukannya,” ujarnya.
Sejak dahulu, lanjutnya, orang NU telah berhalal bi halal dengan tata cara yang lembut dan santun. Sehingga tradisi ini bisa berurat berakar hingga sekarang. Sebab bumi Indonesia pada hakekatnya telah menjadi bumi NU, bumi ahlussunah wal jamaah. “Penghargaan kepada Nabi SAW, dengan menyebutnya Sayidina merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada yang dimuliakan,” terangnya.
Namun, sambungnya, penghargaan kepada yang lebih tua dalam artian ilmu dan usianya, telah digeser dengan peradaban yang keliru antara lain dengan SMS. Ucapan permohonan maaf tidak cukup dengan SMS saja. “Dua orang yang bersalah atau mengaku salah harus bertemu langsung,” sambungnya.
“Betapa sekarang nyaris tidak terbersit kerinduan terhadap Kiai, Alim, Ulama, habib, dan para pemimpin yang sholeh,” kritiknya.
Padahal, lanjutnya, bertemunya dengan mereka akan mendatangkan mahabah dan barokah. “Negara kita yang makmur tapi tidak barokah akibat tidak ada penghargaan kepada para ulama,” kritiknya.
Dia menandaskan, memang nasehat itu bagai air spiritus. Akan terasa adem dan menyegarkan bila menetes ditubuh-tubuh yang halus tak berdosa. “Tapi akan terasa perih, ketika menetes pada tubuh yang korengan (terluka, red) karena penuh dosa,” bandingnya.
Sementara Ketua MWC NU Kec. Dukuhwaru KH Khanafi menuturkan, halal bi halal diikuti seluruh pengurus MWC NU beserta jajaran badan otonomnya. Kegiatan ini, digelar agar bisa bertatap muka dan berjabat tangan langsung. Sehingga ketika ada khilaf diantara kita bisa lebur dalam satu tempat. “Kita berdomisili saling berjauhan, jadi kegiatan ini merekatkan tali silaturokhim,” paparnya.
Hadir juga dalam kesempatan tersebut wakil ketua PCNU Kab. Tegal H. Ahmad Was'ari, para Ketua banom dari Muslimat, fatayat, Ansor, IPNU-IPPNU dan
ribuan anggota NU se Kecamatan Dukuhwaru. (was)