Rumah bambu untuk korban banjir lahar dingin di Dusun Sudimoro, Desa Adikarto, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang diresmikan Waketum PBNU As’ad Said Ali dan Ketua Umum PP GP Ansor Nusron Wahid, Senin (25/4).
Rumah bambu itu diprakarsai Posko Merapi bersama GP Anshor, didukung organisasi berhaluan Aswaja antara lain Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), IPNU-IPPNU, Banser. Selain itu juga didukung lembaga donor antara lain Diakonie Katastrophenhilfe, Rotari, Kerabat Desa Kota, Yakku, Tim 9 For Hummanity dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.<>
As’ad Said Ali menyatakan bahwa gerakan yang dipelopori organisasi otonom NU telah menginspirasi masyarakat lain untuk bahu membahu meringankan penderitaan korban banjir lahar dingin.
Cepat dan tanggap terhadap persoalan kemasyarakat ini, lanjut dia, harus terus dilanjutkan dan dikembangkan untuk program-program yang lain. Berjejaring dengan berbagai lembaga yang bermuara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Nusron Wahid, mengatakan diusianya yang sudah mencapai 77 tahun GP Ansor menunjukkan berbagai ragam gerakannya yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Contoh kongkrit adalah pendirian rumbah bambu bagi korban banjir lahar dingin di Adikarto.
“Organisasi kepemudaan paling tua di Indonesia dalam perjalananya ternyata memberi kemanfaatan bagi masyarakat. Ini menunjukkan bahwa organisasi ini berkah dan diridhoi oleh Allah,” katanya.
Menurutnya, gerakan membantu sesama adalah bagian dari jihad untuk mensejahterakan masyarakat. Bahu-membahu untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Penanggungjawab Program Rumah Bambu Posko Merapi Bersama GP Ansor, Ahmad Majidun, mengatakan berbagai pihak telah mendukung program ini sehingga program yang diusungnya cepat terwujud. Rumah bambu ini berjumlah 10 unit dihuni sekitar 43 jiwa yang beberapa waktu lalu rumah tinggal mereka hilang diterjang banjir lahar dingin.
Dikatakannya, rumah panggung bambu berukuran masing 4 x 6 meter, didirikan diatas tanah kas (bengkok) Desa Adikarto seluas 1000 m2 yang akan ditempati selama lima tahun.
Setiap unit rumah panggung terdiri atas 1 ruang tamu, 2 kamar tidur utama dan 1 kamar tidur tambahan di lantai 2 dan juga ruang dapur dengan ukuran 2 x 2 meter. Sirkuasi udaranya memenuhi standart international, begitu juga sanitasinya.
Rumah panggung ini diciptakan Ir E Pradipta MEng Dosen Teknik Arsitektur UGM. Selain di Sudimoro, juga sedang dibangun rumah bambu di Tamanagung muntilan, berjumlah 10 unit. (sha)