Warta

Wajar, Parpol Berebut ke Pesantren

Rabu, 17 Desember 2003 | 04:24 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU Salahudin Wahid alias Gus Solah menilai upaya sejumlah partai politik yang melakukan pendekatan ke sejumlah pesantren di Jawa Timur akhir-akhir ini merupakan sesuatu yang wajar dan biasa. “Karena sejak dulu hal seperti itu sudah ada. Golkar juga dulu melakukan hal yang sama. Jadi tidak ada yang aneh, dan tidak ada larangan. Lah nanti itu partai mau minta dukungan ya monggo, mau kasih sumbangan ya monggo.”

Demikian disampaikan Gus Solah, panggilan akrabnya dalam acara dialog interaktif yang digelar DPC PKB Surabaya di Hotel Simpang Surabaya, Selasa (16/12). “Karena pesantren itu mempunyai kiai atau ulama yang bisa menjadi panutan apa yang diperintahkan atau difatwakan. Jadi kemungkinan-kemungkinan itu bisa terjadi, tergantung kiainya nanti,” katanya.

<>

Diakui bahwa pesantren selama ini mayoritas berada di belakangan PKB. Gus Solah juga menyerahkan sepenuhnya kepada PKB mengenai langkah-langkah yang akan diambil dalam menyikapi ‘gerilya’ para parpol itu. Tapi tentunya harus dengan cara-cara yang positif, seperti bagaimana PKB mampu meyakinkan rakyat Jawa Timur agar memilih PKB. “Saya yakin kiai-kiai PKB sudah punya cara untuk mengatasi yang seperti itu. Tahun lalu juga demikian,” tegasnya.

Mengenai posisi NU dalam Pemilu 2004, dia secara pribadi berharap agar warga NU tetap mengacu pada hasil Muktamar XXX NU di Lirboyo. Seperti tertuang pada pasal 45 tentang HAM dan penegakan hukum pada butir ke 5. Isinya, kepada warga NU tetap dianjurkan untuk menggunakan hak politiknya secara bebas, kritis, dan rasional, sesuai dengan kultur dan aspirasi politiknya dengan tetap memegang prinsi-prinsip khitah NU tahun 1926. Di situ juga dijelaskan untuk mendukung parpol yang kelairannya difasilitas PBNU. Keputusan ini tidak pernah diubah.

Kemudian ada 9 pedoman berpolitik warga NU yang diputuskan oleh Muktamar XXVIII NU di Jogjakarta, serta mempertimbangkan hubungan historis antara NU dengan partai yang berdirinya difasilitasi oleh PBNU. “Kalau itu ditafsirkan, ya tetap ke PKB pilihan politiknya, karena ada hubungan historis antara PKB dengan PBNU. Ini solusi agar warga nahdiyin di tataran grass root tidak bingung. Apalagi dia Ormas yang mempunyai massa besar seperti NU harus memiliki kendaraan politik untuk mengakomodir aspirasi warganya,” tutur Gus Solah.

Diakui, dalam konsep idealnya, NU ingin independen, bebas dan tidak berpihak. Itu memang bagus. Tapi itu jangka panjang dan harus melalui tahapan-tahapan. “Kalau sekarang, hubungan PKB dengan NU harus tetap menyatu. Namun secara organisasi dan struktural harus terpisah langkah-langkahnya, tidak bisa disamakan,” papar dia. (je) 

 


Terkait