Warta

Umat Islam Diminta Tak Terjebak Logika Syariat

Senin, 9 November 2009 | 08:48 WIB

Jakarta, NU Online
Umat Islam diminta tidak terjebak pada logika syariat atau logika benar salah dalam mengatasi berbagai persoalan yang sedang berkembang. Umat Islam perlu kembali pada konsep tasawuf yang diterapkan dalam berbagai ajaran tarekat. Tasawuf menekankan pada aspek moral dan penyadaran diri, bukan ancaman.

Demikian dalam diskusi dan bedah buku ”Abu Habib Muda Seunagan dan Thariqat Syattariyah” di aula kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (9/11). Diskusi yang membincang kiprah tokoh kharismatik Aceh itu dihadiri para pejabat Aceh dan warga Aceh yang tingal di Jakarta dan sekitarnya.<>

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Ma’udi dalam kesempatan itu menyatakan turut berbangga dengan kebangkitan tarekat di Bumi Rencong Aceh yang dipelopori oleh para pengikut Tarekat Syattariyah.

Menurutnya, umat Islam di Indonesia telah lama melupakan ajaran tarekat yang telah dikembangkan oleh para penyebar Islam di Nusantara. Ajaran tarekat menekankan pada pendalaman moral dan penerapan akhlak dalam kehidupan.

Belakangan ini, kata Masdar, umat Islam hanya berpijak pada aspek syariat yang menekankan pada soal hukum atau sanksi yang diberikan kepada para pelanggar peraturan agama.

”Maka jadinya agama ini sepertinya hanya bertugas menghukum orang. Padahal agama kan bertujuan agar manusia ini menjadi lebih baik. Kita selama ini melupakan ajaran tarekat yang menekankan pada aspek penyadaran,” katanya.

Menurut Masdar, Islam tidak datang untuk menakut-nakuti manusia dengan berbagai hukuman atau akibat yang diterima jika manusia melakukan sesuatu yang dinilai melanggar agama.

Prof DR Syahrizal dari Universitas Arraniri Banda Aceh menyampaikan hal serupa. Menurutnya, umat Islam selama ini hanya terpaku pada logika hitam putih, bukan logika kesadaran.

Logika kesadaran ini dikembangkan dalam konsep tasawuf tasawuf yang diamalkan dalam beragai ajaran tarekat. Menurutnya fungsi dari berbagai amalan tarekat adalah untuk menjadi penyeimbang agar jiwa kembali suci dan tidak terkotori oleh berbagai keinginan yang timbul dari jasad manusia. (nam)


Terkait