Purbalingga, NU Online
Untuk meningkatkan keshalehan anak didik, Badan Koordinasi (Badko) TPQ Purbalingga Jateng menggelar Festival Anak Shaleh Indonesia (FASI) tingkat Kabupaten, Selasa (29/6). Setidaknya 235 santri dari berbagai instansi mengikuti acara tersebut. Kegiatan rintisan ini diharapkan memicu sikap mental anak menjadi lebih beradab di masa mendatang.
Menurut Ketua Badko Ny Hj Soetarto Rachmat, FASI yang berlangsung hanya satu hari itu diikuti para santri dari TKA, TPQ, dan Ta'limul Qur'an lil Aulad (TQA) yang mewakili 18 kecamatan di Purbalingga.
Lomba yang diadakan meliputi azan-iqomah, tartil Quran, mewarnai gambar, puitisasi terjemahan Alquran, hapalan, dan sosiodrama. Pelaksanaan penilaian lomba dilakukan di beberapa tempat di kompleks Pendapa Dipokusumo, seperti di Graha Srikandi, Museum Poerbakawatja, Operational Room, dan pendapa itu sendiri.
<>''Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat mencintai Alquran pada jiwa santri sehingga diharapkan kelak menjadi generasi yang Qurani. Sekaligus menjaring santri potensial yang berprestasi untuk maju mewakili Purbalingga dalam lomba serupa tingkat provinsi, syukur bisa maju tingkat nasional,'' katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Drs H Soetarto Rachmat mengatakan, melalui seni, kehidupan manusia akan menjadi indah dan sejuk. Syiar Islam pun bisa berkembang luas cakrawalanya antara lain melalui seni. Kesemarakan syiar Islam dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memakmurkan masjid serta mengembangkan budaya dan kesenian Islam.
'Anak sekarang tidak lagi hanya diajar untuk mendengar, tetapi juga melihat dan melakukan. Dengan mendengar dan melihat, anak menyerap ilmu 30 persen, dengan melakukan dia memahami 70 persen. Jika ketiga cara digabung, anak akan mampu menyerap ilmu lebih dari 100 persen,'' ujar Soetarto.
Sementara itu cabang lomba sosiodrama hanya diikuti perwakilan dari 4 kecamatan, yaitu Kota, Kaligondang, Rembang, dan Pengadegan. Peserta ada yang tampil all-out, ada pula yang seadanya. Yang all-out mengenakan kostum khusus dengan berbagai kelengkapannya. Sementara apa adanya hanya mengenakan busana muslim seperti yang biasa dipakai saat ngaji ke TPQ. Diharapkan dengan acara demikian, sikap mental anak didik akan semakin baik. (MA/sm)