Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Dr KH Said Aqil Siroj menyatakan, orang-orang luar negeri maupun bangsa Indonesia semakin tahu, hanya NU yang konsisten menjaga Islam yang damai. NU selalu tampil menjaga keseimbangan dan anti ekstremisme.
Dikatakannya, orang-orang asing saat ini hanya percaya pada NU. Karena setiap melihat wajah Islam di berbagai belahan dunia, mereka hanya menemukan kekerasan, kebengisan dan ekstremisme. <<>br />
Itu tak lain karena NU istiqomah menjalankan ajaran ahlussunnah wal jamaah yang berciri tasamuh (toleran), tawasuth (tengah-tengah; tidak ekstrem), tawazun (seimbang) dan i’tidal (adil dalam bersikap).
Hal itu diuraikan Kiai Said dalam Silaturahim Alim Ulama Jawa Tengah bersama Ketua PBNU KH Said Agil Siroj dan Menakertrans Muhaimin Iskandar di Kantor PWNU Jateng Jl DR Cipto 180 Semarang, kemarin.
Acara dihadiri ratusan kyai pengasuh pesantren dan pengurus NU se-Jawa Tengah, serta politisi dari NU.
“Orang-orang luar dan saudara-saudara sebangsa kini tahu, tinggal NU yang konsisten menampilkan Islam sebagai agama damai,” tuturnya.
Hampir setiap hari, kata dia, NU diundang untuk menjelaskan orang-orang Barat maupun Timur tentang Islam. Mereka ingin diceramahi tentang Islam yang sebanarnya. Baru-baru ini, lanjutnya, produsen makanan dan minuman China meminta PBNU untuk memberi label halal bagi produk mereka.
“Mereka hanya percaya NU. Tidak berjenggot tidak apa-apa,” terangnya diselingi canda tentang peran almarhum Gus Dur semasa memimpin NU.
Karena itu, Said mengajak segenap warga nahdliyin untuk terus memupuk amalah ahlussunnah wal jamaah, dan memasuki semua lini kehidupan bangsa dan negara. Agar Islam ala NU merasuk di seluruh Indonesia dan dunia, sehingga akan menjadi citra Islam sesungguhnya.
“Mari kita ambil di mana saja. Bekerjasama dengan siapa saja. Kalau perlu sopir bajaj orang NU. Agar umat Islam yang tampil adalah yang model NU. Bukan yang ekstrem, radikal dan sebagainya,” ajaknya.
Untuk mencapai misi itu, terang Said, warga NU perlu menggelorakan nahdlatul fikri (kebangkitan pemikiran), nahdlatul khuluqi (kebangkitan moral), nahdlatus saqofah (kebangkitan kebudayaan).
“Saat ini tak cukup sekedar fikroh nahdliyah. Harus ada kebangkitan di semua bidang,” tandasnya.
Kiai Said juga memitna para kiai perlu menyesuaikan pengajarannya dengan cara modern. Misalnya, fikih bab hiwalah diartikan letter of credit. Pasal iqtishodiyah diterangkan sebagai bursa saham, bank guarantee, dan seterusnya.
“Kiai harus bisa memakai laptop. Jangan kalah sama Tukul. Membacakan kitab pakai laptop. Tak perlu ngesahi pakai pen tutul lagi,” ujarnya disambut tawa riuh hadirin. (moi)