Warta

Tidak ada Teroris dalam Pesantren NU

Selasa, 19 Agustus 2003 | 08:21 WIB

Jakarta, NU Online
Pernyataan Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Didi Widayadi MBA yang mengindikasikan beberapa pesantren telah disusupi gerakan terorisme patut diragukan karena sampai saat ini belum ada data valid yang membuktikannya.

Rais Syuriah PBNU KH Mustofa Bisri menyatakan bahwa di Indonesia memang biasa orang mengeluarkan pernyataan yang belum diselidiki kebenarannya sehingga hal ini malah membuat bingung, bukan menjernihkan masalah.

<>

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua PWNU Jateng Drs Muhammad Adnan MA yang ingin mengklarifikasi sumber berita pernyataan tersebut ke kepolisian. “Ternyata sumber berita tersebut berasal dari sebut website internet,” ungkapnya.

Hal ini patut disesalkan karena sebuah informasi yang disampaikan kepada publik seharusnya diteliti dulu akurasi kebenarannya, sehingga tidak meresahkan publik seperti yang terjadi saat ini, apalagi informasi tersebut berasal dari internet yang belum tentu bersumber dari lembaga yang jelas sehingga patut diragukan kebenarannya.

KH Mustofa Bisri menegaskan bahwa pesantren NU tidak ada yang terlibat dalam terorisme. “Kalau pesantren NU tidak ada yang terlibat dalam terorisme, bahkan mereka malah membinanya,” ungkapnya kepada NU Online.

NU memiliki ribuan pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, dari hasil penelitian PP Maarif yang saat ini terus berjalan, pesantren yang berada di bawah naungan NU mencapai lebih dari 12 ribu buah, mulai dari pesantren yang masih tradisional sampai dengan pesantren modern, namun semuanya memiliki ciri yang sama, yaitu mengajarkan pluralitas dan toleransi.

“Saya malah bersyukur kalau ada teroris menyusup ke pesantren NU karena pasti akan dibina dengan baik disebabkan dalam pesantren NU diajarkan pluralitas dan toleransi, bukan malah mengajarkan radikalisme,” tambahnya.

Sebagai organisasi keagamaan yang memiliki banyak pesantren, NU tentu harus mengklarifikasi pernyataan tersebut, karena hal itu telah menimbulkan citra negatif pada pesantren dan juga untuk menjaga ketenangan warga NU yang setelah adanya pernyataan tersebut banyak menanyakan perihal kebenaran berita.

Lebih lanjut Adnan mengaku bahwa dalam pertemuan antara pimpinan pondok pesantren dibawah Asosiasi Pondok Pesantren dan Kapolda tersebut ia tidak mengikutinya, bahkan ia tidak mengenal lembaga tersebut. “Pembinaan pesantren NU dilakukan dibawah Rabithah Ma’ahid Islamiah dan dalam acara tersebut tidak diketahui apakah ada anggota RMI yang ikut karena mereka tidak memberi laporan,” ungkapnya.(mkf)


 

 

 


Terkait