Perilaku tidak senonoh dan seronok yang kerap ditayangkan di berbagai media massa, mempengaruhi pola perilaku generasi sekarang maupun yang akan datang. Sehingga bila tidak bisa dibentengi maka akan terjadi dekadensi moral.
Guna menyelamatkan generasi kita agar menjadi generasi yang tangguh dan berkualitas, diperlukan upaya maksimal. Salah satunya adalah meletakan pondasi yang kuat berupa iman dan takwa.<>
“Pondasi tersebut bisa didapatkan lewat pendidikan diniyah di berbagai Madrasah,” ujar Guru Besar Ilmu Tasawuf IAIN Walisongo Semarang Prof Dr KH M Amin Syukur MA saat menyampaikan tausiyah pada Pengajian dan Dzikir Akbar Akhirusanah Madrasah Ibtida’iyah (MI) Nurul Huda Desa Rancawuluh, Kec. Bulakamba Brebes Sabtu (12/6).
Menurut Prof Amin, penanaman akhlakul karimah (ahlak terpuji) akan terpatri bila dilakukan sejak dini. Ibarat mengukir diatas batu, akan tertoreh dengan jelas dan kuat. Tidak bisa dilakukan secara instans. Dan yang namanya pondasi musti harus digarap dulu. Bukan gentingnya dulu yang dipasang.
“Meskipun, manusia memiliki keterbatasan tetapi bila pondasinya sudah kuat, maka akan terselamatkan,” ujarnya.
Orang tua, lanjutnya, tidak perlu khawatir memasukan anak-anaknya di pendidikan yang berbasis agama. Pasalnya ada pandangan keliru, kalau memasuki Madrasah maka anak tersebut sulit menjadi pegawai negeri. “Lulusan madarasah, sangat bermanfaat diberbagai lini kehidupan,” tandasnya.
Sementara Kepala MI Nurul Huda Rancawuluh Purwono Anasrudin SPd.I menjelaskan, kegiatan akhirussanah ini digelar sebagai bentuk rasa syukur atas kelulusan. Tahun ini mewisudah 39 siswa kelas VI dan lulus 100 persen. “Tahun kemarin juga lulus 100 persen,” ucapnya.
Saat ini, lanjut Purwo, sekolah yang memiliki siswa 248 siswa itu baru memiliki 4 ruang kelas dari 7 rombongan belajar. “Kami sangat membutuhkan tiga ruang kelas lagi,” ungkapnya.
Selama ini, sambungnya, sekolah hanya mengandalkan gotong royong dari wali murid. Tapi ditengah kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan, bantuan pemerintah sangat diharapkan. “Antuasias warga untuk sekolah di MI ini, cukup tinggi. Padahal baru berdiri 7 tahun,” ujar Purwo yang didampingi Ketua Komite Madrasah Moh. Amin.
Sekolah yang berdiri ditengah-tengah perkampungan itu, hingga kini diampu oleh 10 orang guru. Terdiri atas 7 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru olah raga dan 1 kepala sekolah.
Pengajian dibarengi dengan pengobatan missal kepada 1000 orang. Pengobatan massal ini sebagai bentuk sumbangsih sekolah kepada warga masyarakat. (was)