Tak Terbantahkan, Peran Kiai sebagai Inspirasi Menulis Santri
Senin, 5 Oktober 2009 | 00:54 WIB
Dalam diskusi “ Sastra Pesantren” yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jombang bersama Komunitas Lembah Pring di Aula PCNU Jombang, Jl.Gatot Subroto baru-baru ini berkembang wacana bahwa Pesantren tidak mengajarkan menulis, yang ditengarai dari kenyataan masih minimnya pesantren melahirkan para penulis.
“Tradisi menulis terbilang minim di pesantren, karena memang pesantren tidak mengajarkan menulis,” ujar salah seorang peserta diskusi.<>
Tuduhan itu kemudian dibantah peserta diskusi lain, dengan menyodorkan fakta bahwa justru para kiai pesantrenlah yang banyak mengajarkan secara langsung tradisi menulis dengan tindakan nyata.
“Jiwa menulis saya bangkit, ketika melihat Kiai Haji Abdul Aziz Masyhuri yang dikenal banyak menulis, mengajarkan secara langsung dengan contoh nyata menulis dan membaca sepanjang hari di perpustakaan maupun Ndalem Pondok Denanyar” kenang Fahruddin Nashrullah, cerpenis Jombang.
“Di Pesantren, lebih- lebih zaman modern ini, kegiatan menulis dan bersastra menjadi bagian integral dari bagian pembelajaran madrasah atau sekolah yang berada dalam lingkungan pesantren” imbuh Yusuf Suharto, guru MA Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.
Diskusi juga memperdebatkan hakikat makna sastra pesantren, terutama ketika yang menulis sastra itu seorang santri tapi dianggap memeinggirkan nilai- nilai
pesantren.
“Sastra Pesantren itu harus memperjuangkan nilai- nilai luhur pesantren,tidak bisa dilepaskan dari pokok- pokok ajaran Islam, ketika tidak ada hubungan dengan tauhid Islam, itu bukan sastra pesantren”, ujar Fahmi Faqih, Penyair asal Pasuruan.
Diskusi sastra yang pertama kali diadakan ISNU Jombang ini, dihadiri antara lain, Kiai Hamim Khohari, penyair dari Mojokerto,Nurel Javissyarqi Penyair dari Lamongan, Riko Ilalang, Novelis dari Nganjuk dan Ketua ISNU Jombang,M.Sunandar. (yus)