Warta

Tahun Baru untuk Introspeksi Diri

Sabtu, 1 Januari 2005 | 05:05 WIB

Jakarta, NU Online
Pergantian tahun dari 2004 menjadi 2005 perlu digunakan untuk berinstrospeksi diri atau bermuhasabah terhadap tindakan yang sudah dilakukan sehingga dapat termanifestasi dalam perbuatan yang lebih bermakna.

“Tahun baru dengan sendiriya menambah usia kita. Dengan bertambahnya tahun semakin sedikit umur kita, karena itu, kita perlu mengevaluasi diri, berinstrospekti atau bermuhasabah,” tandasnya.

<>

Hal tersebut diungkapkah oleh Khatib Aam PBNU Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar dalam Muhasabah Akhir Tahun di Masjid Sunda Kelapa yang dilakukan tengah malam (01/01). Malam itu, masjid megah tersebut dipenuhi oleh para jamaah yang ingin menghabiskan malam tahun baru dalam kegiatan yang lebih bermakna.

Ditegaskannya bahwa pendekatan kepada Allah diantaranya dengan dzikir dan tahlil juga perlu ditingkatkan sebagai bentuk ketundukan kita kepada khalik. 

Dalam ceramahnya, Nasaruddin juga mengungkapkan bahwa saat ini agama-agama samawi yang diturunkan Allah dalam berbagai periode malah dihadapkan secara diametral. Kondisi ini pada gilirannya menimbulkan konflik dan kerawanan sosial yang tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga harus dicarikan solusinya.

Acara yang dimulai pukul 09.00 tersebut berakhir sampai pukul 03.00. Berbeda dengan acara tahun baru ditempat lainnya yang penuh hura-hura, bahkan ketika rakyat Aceh sedang menderita, menjelang detik-detik pergantian tahun, dilakukan takbir secara bersama-sama dan dilanjutkan dengan sujud untuk memohon doa agar tahun depan, keadaan menjadi lebih baik.

Syair dari Abunawas yang terkenal, yang juga biasa diucapkan oleh warga nahdliyyin dalam berbagai acara yang artinya dalam bahasa Indonesia “Tuhan, ku tak layak masuk ke syurgamu, namun ku tak pula sanggup di nerakamu, ampunkan dosa-dosa yang memasir di pantai… juga terus dikumandangkan.(mkf)


Terkait