Denpasar, NU Online
Impor beras dapat distop pemerintah Indonesia tanpa mempengaruhi persediaan pangan masyarakat, karena prestasi swasembada pangan dalam bidang pertanian tetap dapat dipertahankan.
Penyetopan impor itu juga disertai dengan mengembangkan tanaman berbagai jenis umbi-umbian yang memiliki kandungan karbohidrat tidak jauh berbeda dengan beras, kata Kepala Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta MSc di Denpasar, Selasa.
<>Menanggapi Cawapres KH Hasyim Muzadi yang berpasangan dengan Capres Megawati Soekarnoputri yang menyatakan, jika dipercaya rakyat Indonesia memimpin bangsa ini, lima tahun kedepan akan segera menghentikan impor beras.
Dewa Suprapta, alumnus Graduate School for Agricultural Sciences Kagoshima University itu mengemukakan, kebijakan pemerintah menghentikan impor beras secara tidak langsung mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
"Peningkatan kesejahteraan petani tidak akan mempengaruhi persediaan pangan yang ada," kata Suprapta satu-satunya dosen yang menerima penghargaan satya lencana pembangunan dari Presiden Megawati Soekarnoputri pada pekan nasional kontak tani nelayan andalan di Manado, awal pekan lalu.
Dengan mengembangkan bidang pertanian lebih intensif, termasuk berbagai jenis umbi-umbian, maka beras dan kebutuhan bahan pangan lainnya tetap tersedia dalam jumlah memadai.
Hal itu selain petani lebih memacu bidang pertanian, konsumsi masyarakat terhadap beras juga menurun dalam tiga tahun terakhir dari 130 kg menjadi 118 kg kapita pertahun.
Karbohidrat tinggi
Suprapta sempat meneliti puluhan jenis tanaman umbi-umbian itu menjelaskan, ketela rambat yang belakangan jarang ditanam petani, ternyata mengandung karbohidrat yang sangat bagus bagi pencernaan tubuh manusia, bahkan lebih unggul dari kentang.
Jenis tanaman ketela rambat dan suweg, dulu menjadi makanan ringan masyarakat atau mirip dengan makan roti atau jenis makanan dalam kaleng lainnya.
Kedua jenis tanaman yang telah teruji keunggulan dalam penelitian laboratorium itu, segera akan disosialisasikanm kepada masyarakat tani, guna diajak mengembangkan kembali tanaman ketela rambat dan suweg, disamping jenis tanaman umbi-umbian lainnya yang mengandung protein tinggi.
"Berhasil tidaknya petani mengembangkan jenis tanaman umbi-umbian sangat tergantung dari masyarakat luas untuk mau mengkonsumsinya," ujar Dewa Suprapta yang sebelumnya lewat penelitian laboratorium juga berhasil menemukan tanaman pisang tahan hama penyakit.(mkf/an)