Lhokseumawe, NU Online
Anak-anak korban tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam masih membutuhkan perhatian pemerintah, terutama untuk urusan sekolah. Pasalnya mereka butuh sarana transportasi. Saat ini, sedikitnya 197 anak korban tsunami yang ditampung di Dayah Darul Ulum Desa Blang Poroh-Lhok Mon Puteh, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe mengalami kesulitan transportasi.
Pimpinan Dayah Darul Ulum Tgk. H Abu Bakar Ismail mengatakan, kebutuhan sarana transportasi itu sangat diperlukan bagi anak-anak korban tsunami. Terutama untuk pergi sekolah, baik di tingkat SD sebanyak 53 murid, SLTP 122 siswa dan 22 siswa tingkat SMU.
<>Abu Bakar Ismail menyebutkan, jarak lokasi tempat penampungan mereka ke sekolah yang dituju sejauh 2 kilometer. Selama ini mereka menempuh jalur itu dengan berjalan kaki, dengan waktu tempuh 30 menit, untuk mencapai sekolahnya.
Menurut dia, hanya anak-anak pengungsi di tempatnya yang tak dijemput. Sehingga, kata dia, terkesan anak korban tsunami yang ditampung di dayahnya kurang mendapat perhatian pemerintah. Padahal, selama ini siswa yang berada di kamp pengungsian Rumah Sakit Umum Cut Meutia dan kamp LP Puentut Blang Mangat, diantar-jemput dengan bus ke sekolah.
Anak-anak korban tsunami itu berasal dari Calang, Aceh Jaya, Meulaboh, Banda Aceh, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Kondisi mereka sekarang ini, tidak mempunyai orang tua lagi, baik ayah maupun ibunya. Mereka juga tak punya sanak famili.
“Selama mereka menetap di dayah, kami juga memberikan uang saku dengan bervariasi, masing-masing untuk anak usia sekolah dasar Rp 500 per hari dan untuk siswa SMP hanya diberikan Rp 1000 per hari. Sementara Rp 1.500 per hari juga diberikan kepada anak seusia SMU,” kata Tgk Abu Bakar, Sabtu (19/2).
Dia menambahkan, untuk biaya sekolah secara keseluruhan ditanggung oleh Dayah Darul Ulum, dan sebagian bantuan dari para donator. Para donator berasal Aceh dan di luar Aceh yang masih peduli terhadap pendidikan anak korban tsunami.
Kontributor : Muntadhar