Surabaya, NU Online
Wacana penutupan lokalisasi Dolly yang telah lama bergulir, kini kembali muncul. Namun sebelum penutupan dilakukan, kali ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur tengah mencari solusi terbaik berkaitan dengan penanganan masalah yang kemungkinan akan muncul pasca penutupan lokalisasi terbesar se Asia Tenggara itu.
Dalam rangka mencari solusi tersebut, MUI Jatim akan menyelenggarakan halaqah terkait rencana penutupan Dolly, pada Sabtu (19/11), di Hotel Ilmi Surabaya.<>
Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim, KH Abdurahman Navis, menegaskan, halaqah ini bertujuan untuk menyerap aspirasi dan gagasan-gagasan dari berbagai kalangan, sehingga ditemukan solusi yang terbaik agar tidak menimbulkan masalah lagi setelah ditutup.
"Kami paham, banyak masalah sosial ekonomi yang berhubungan dengan prostitusi Dolly. Tidak melulu masalah agama. Karenanya kami mengundang berbagai elemen masyarakat, khususnya ulama dan pemerintah untuk duduk bersama," tegas Kiai Navis kepada NU Online, di kantor MUI Jatim, Jum'at (18/11).
Menurut rencana, selain akan mengundang pengurus MUI Se Jatim, Ormas, dan bupati/walikota se Jatim, MUI Jatim juga akan mengundang mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Gubernur Jawa Timur Soekarwo juga akan hadir.
Sutiyoso diundang untuk berbagi pengalaman, sebab saat menjabat Gubernur ia telah sukses menutup lokalisasi Kramat Tunggak di Jakarta dan sekarang dijadikan Islamic Centre.
Kiai Navis yang juga Wakil Katib Syuriah PWNU Jatim ini, menjelaskan, bahwa rencana penutupan tempat prostusi ini telah mendapat dukungan dari banyak kalangan.
"Kami sedang mencari penyelesaian yang baik bagi masyarakat yang hidup di lingkungan Dolly. Tak sekadar ditutup. Para WTS itu juga harus dibekali dengan ketrampilan tertentu agar bisa tetap hidup layak setelah lepas dari prostitusi," kata alumnus PP Sidogiri Pasuruan ini.
Redaktur : Syaifullah Amin
Kontributor : Abdul Hady JM