Seni Qosidah yang pada era 1970-1980 mengalami kejayaan, namun kini keberadaannya kian tergerus. Ini terjadi akibat makin maraknya seni kontemporer. Apalagi perusahaan rekaman ataupun industri musik lebih condong ke aliran yang pop, dangdut, rock dan jenis musik lainnya. Stasiun televisi pun boleh dikata tidak lagi berminat menayangkan seni qosidah.
“Boleh dikata, seni qosidah makin tergerus,” ujar Ketua Lembaga Seni Qosidah Indonesia (LASQI) Jawa Tengah H Kusnadi di sela Festival Qosidah di Kantor Departemen Agama Kabupaten Brebes Kamis Sore (14/1).<>
Selain tidak adanya dukungan dari perusahaan rekaman dan stasiun televisi juga minat generasi muda sangat lemah terhadap qosidah. Sebagian generasi muda menganganggap qosidah jenis musik ibu-ibu dan kuno.
Atas kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan Lasqi. Antara lain melalui Festival Qosidah dan berbagai pelatihan qosidah. “Untuk menggairahkan kembali seni qosidah, kami kerap menggelar festival,” tuturnya.
Disamping itu, lanjutnya, masih minimnya dukungan pemerintah daerah. Hampir di setiap daerah di Jawa Tengah tidak mengalokasikan anggaran untuk pengembangan Seni Qosidah. “Seharusnya, Pemerintah Kabupaten ada dana khusus untuk pengembangan seni Islam, seperti Qosidah,” gugatnya.
Lasqi Jateng, sebenarnya memiliki program yang padat untuk pengembangan seni qosidah. Tapi karena minimnya dukungan Pemerintah maka langkahnya sedikit tersendat. “Mobil saja butuh bensin untuk bisa jalan, demikian juga dalam berkesenian,” ucap Kushadi yang juga Pengusaha Otobus Alvin itu.
Sementara, dimata anak-anak SMA, seni Qosidah terasa sangat asing. Pasalnya jarang terdengar di telinga anak-anak ABG. “Qosidah, ngarti sih, cuman jarang-jarang dengar, gitu,” ungkap Atik siswa SMA 2 Brebes.
Menurut Atik, dirinya lebih sering mendengarkan lagu-lagu pop dan rock ketimbang lagu-lagu qosidah.
Hal serupa diungkapkan Nur anak SMK 1 Brebes. Menurutnya Seni Qosidah itu seni jaman dahulu. “Qosidah kayaknya, jadul dech,” ungkapnya lugu.
Kusnadi merasa bangga ketika dalam rangka Hari Amal Bakti (HAB), Kantor Depag Brebes menggelar Festival Qosidah. Sehingga dirinya langsung melangkahkan kakinya untuk menyaksikan perlombaan tersebut dari awal hingga akhir. Bahkan secara pribadi menyumbangkan CD yang berisi lagu-lagu qosidah kepada para peserta.
Menurut Ketua Panitia Penyelenggara H Syauqi Wijaya, Festival qosidah HAB Depag Brebes diikuti 11 group dari 17 Kecamatan se Kabupaten Brebes. Dalam festival tersebut peserta mayoritas membawakannya dengan peralatan musik modern. Rebana hanya sebagai pelengkap saja.
Peserta membawakan lagu wajib Ghoribi dan membawakan 1 lagu pilihan yakni Syukoro, Habibi ya Nurul Ain, Ifroh Ya Abi dan Ya Robi Bariq.
Setelah melalui penjurian yang ketat, Ketua Dewan Yuri Murtadho memutuhkan sebagai pemenang Festival Qosidah yakni Group Al Hijrah dari Pulosari Brebes dengan nilai 175 berhasil menjadi juara pertama. Juara 2 dipegang group Al Wardah Karangsembung Songgom (172) dan Juara 3 Balasqi dari STIT Brebes (170).
Pemenang berhak menggondol piala Kandepag dan sejumlah uang pembinaan. “Festival ini Insya Alloh akan dijadikan agenda tahunan,” pungkas Sauqi. (was)