Warta

Sembunyi-Sembunyi, Jamaah HDH Makin Banyak

Rabu, 11 November 2009 | 03:12 WIB

Cirebon, NU Online
Masyarakat Kabupaten Cirebon, khususnya Kecamatan Lemahabang kembali resah dengan aktivitas kelompok jamaah majelis taklim HDH (Hidup Diatas Hidup). Meski pernah dibubarkan, sebagaimana pernah diberitakan NU Online beberapa bulan lalu, kini diam-diam jamaah HDH terus bertambah pesat.

Puluhan warga sudah menjadi jamaah tetap kelompok yang dianggap sesat itu. Yang menjadi pokok sorotan warga adalah ajarannya yang tak lazim dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.<>

Menurut Ketua RT 10 RW 05 Aan Riswana, keganjilan terlihat dari aktivitas kegiatannya yang tak membaur dengan masyarakat dan pengajiannya sampai larut malam, bahkan hingga dini hari. "Dari apa yang saya ketahui dari pengakuan warga yang menjadi anggota tetap kelompok HDH mengatakan bisa bicara dengan pohon," kata dia.

Bukan hanya Aan yang merasakan kejanggalan. Menurut salahsatu guru ngaji Desa Lewihdinding, Rohmat, dalam membaca Alquran hanya cukup dengan terjemahannya.

"Dari apa yang saya ketahui ngaji tidak usah membaca lafaz Arabnya, dan apabila berzikir sebaiknya sendiri dan tidak menggunakan sehelai benang pun alias telanjang. Hal itu dimasudkan bahwa kalau berzikir harus suci dan terlepas dari hal-hal keduniawian karena kain merupakan hal-hal duniawi," ujarnya.

Dari informasi yang dihimpun, kegiatan pengajian dilakukan pada saat malam Jumat dan malam Minggu dan sudah berlangsung sejak empat tahun lalu di tiga lokasi. Keterangan juga didapat dari tokoh ulama Desa Leuwidinding, Ustad Uung Sipaung. Ia mengaku pernah membaca buku pedoman dari kelompok HDH.

"Dalam buku pedomannya dikatakan, saudara Mudjoni (tokoh HDH) sering bertemu dengan arwah para nabi, kemudian bertemu dengan malaikat Jibril sampai dengan melakukan dialog," ungkapnya.

Dia juga diberi dua buah buku yang berjudul "Kekeliruan tentang Jihad" yang ditulis oleh Mudjoni Abdullah dan Azhari Aziz dan yang satu lagi berjudul "Apa Sebenarnya Gaib Itu?" yang ditulis oleh Widotono.

Uung menambahkan, pihaknya sedang mengumpulkan tandatangan dukungan terkait pembubaran kelompok ini. "Kami sedang mengumpulkan ribuan tandatangan untuk membubarkan mereka dari desa kami karena sudah membuat warga tidak nyaman karena ngomongnya sudah ngelantur,"  tambah Ustad Uung.

Sementara itu MUI Kabupaten Cirebon sudah mengetahuinya dan sudah berkonsolidasi dengan pihak-pihak terkait. "Kami juga sudah menerima laporan tersebut dari masyarakat dan kami juga berencana memusyawarahkannya, tapi kita harus punya informasi atau bukti konkret,” ujar Ketua Bidang Hukum dan Perundang-undangan MUI Kabupaten Cirebon, KH Mukhlishin Muzari.(lil)


Terkait