Warta

Sekolah Yang Terbakar Akan Direhabilitasi

Kamis, 22 Mei 2003 | 04:27 WIB

Jakarta, NU. Online
Nasib Pendidikan di Aceh sangat memperihatinkan paska pemberlakuan darurat militer. Sejak Senin hingga Rabu sore kemarin, hampir 200 sekolah sudah dibakar, baik SD, SLTP dan SMU. Akibatnya, puluhan ribu pelajar tak dapat mengikuti kegiatan belajar.Sampai pukul 15.00 WIB, Selasa petang, jumlah sekolah yang dibakar dan laporannya di terima Dinas Pendidikan Provinsi NAD tercatat 190 unit sekolah. Masing-masing Banda Aceh 1 unit, Aceh Besar 25 unit, Pidie 74 unit, Biruen 87 unit, Tamiang 1 unit dan Aceh Jaya 1 unit. Sekolah yang dibakar itu, bukan hanya meludeskan bangunan ruang belajar, tapi juga bangunan ruang guru, kantor, termasuk labolatorium.

Menteri Pendidikan Nasional A. Malik Fajar mengatakan pemerintah akan segera membangun sekolah darurat untuk mengganti sekolah-sekolah yang terbakar di sejumlah daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).  "Kita akan membangun sekolah-sekolah darurat atau semi permanen, bila perlu dengan tenda di lokasi yang tidak jauh dari sekolah yang terbakar itu," ujar Mendiknas di sela-sela rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu (21/5), kemarin.

<>

Seperti dilaporkan Dinas Pendidikan Provinsi NAD, Selasa (20/5), sekolah-sekolah di NAD yang  dibakar oleh oknum yang diduga kuat dari kelompok GAM, sepanjang  pemberlakuan darurat militer. Dijelaskan Malik Fajar, Depdiknas sejak Selasa (20/5) telah melakukan berbagai persiapan yang pada prinsipnya dilakukan untuk segera menyelamatkan anak-anak agar tetap belajar dengan pendekatan darurat, baik guru maupun fasilitasnya. “Dalam hal ini, kita sudah minta tenaga pengajar ke Universitas Syah Kuala NAD,” papar Mendiknas.

Menyangkut ujian dan kenaikan kelas para siswa, kata Malik Fajar,  akan diperlakukan secara khusus. "Kita tidak akan mempersulit, bahkan akan memberi pelayanan khusus kepada mereka yang mengalami kondisi khusus seperti di Aceh itu," katanya
Menurut Mendiknas, dana yang diperlukan untuk membangun sekolah semi permanen maupun rehabilitasi sekolah yang terbakar di NAD itu masih menunggu hasil rakor khusus antara Menko Perekonomian, Menko Kesra, Mendiknas, Menkes, dan Mensos yang akan dilakukan Rabu (21/5).

"Jumlahnya belum bisa disebutkan, kita kan tidak boleh ’ngarang, ini menyangkut data yag harus dipertaggungjawabkan kepada masyarakat dan DPR," katanya.  Saat ditanya kerugian akibat pembakaran sekolah-sekolah di Aceh tersebut, Mendiknas mengatakan hingga kini pihaknya belum bisa menghitung besarnya kerugian dalam bentuk uang, namun dipastikan cukup besar karena kerusakan menyangkut fasilitas inti sekolah seperti laboratorium.

Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Indra Djati Sidi mengatakan, bagi anak-anak yang sekolahnya terbakar tidak harus mengikuti ujian nasional tetapi cukup ujian sekolah setempat, terutama SLTP, karena SMU sudah melakukan ujian pada minggu lalu.
Dengan demikian, katanya, anak-anak kelas III SLTP, kelas III SMU maupun kelas 6 SD dapat langsung melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi berdasarkan nilai dalam rapot terakhir yang dinyatakan lulus.

Ketika ditanya biaya untuk pendidikan itu, Dirjen mengatakan, biaya pendidikan dari NAD berasal dari APBN (pusat) sekitar Rp200 miliar sehingga dengan biaya itu diharapkan akan dapat untuk membangun kembali sekolah-sekolah yang rusak.

Ditempat terpisah Abdullah Puteh juga menyatakan, ia segera berangkat ke Jakarta menghadap Menteri Sosial, untuk meminta bantuan tenda darurat yang akan digunakan sebagai tempat proses belajar-mengajar sebagai pengganti ruang kelas yang dibakar. "Walaupun sekolah itu sudah ludes dibakar, tapi para siswa harus terus belajar. walaupun dalam keadaan darurat. Apalagi para siswa itu kini sedang persiapan untuk mengikuti ujian," ujar Abdullah Puteh. (Cih))


Terkait