Warta

Santri Tambakberas Gelar Teatrikal Ledakan Bom

Selasa, 21 Juli 2009 | 10:25 WIB

Jombang, NU Online
Insiden peledakan bom di 2 hotel bertaraf Internasional, Ritz Carlton dan JW Marriot, Jakarta, beberapa hari lalu, memantik keprihatinan kalangan pondok pesantren. Tak terkecuali anak-anak di panti asuhan Al Fattah, Tambakberas, Jombang.

Sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan, mereka menggelar aksi teatrikal di lokasi pesantren, Senin (20/7). Aksi teatrikal itu juga untuk membantah anggapan bahwa terorisme identik dengan pesantren. Karena, menurut para santri, tidak ada satu pun ajaran dari kiai mereka yang membenarkan berbuat kekerasan.<>

Aksi teatrikal itu diikuti belasan santri. Ada yang berperan sebagai korban, polisi, dan dua orang teroris. Aksi dimulai dengan 'makan-makan' di dua bangku yang mereka ibaratkan Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot.

Anak-anak yang berkumpul di bangku itu juga menempelkan kertas bertulisan 'korban' di bagian dada. Seraya makan mie instan kering, mereka seolah menunggu teroris datang. "Kami makan mie, karena ledakan itu kan terjadi saat tamu hotel sarapan pagi," ungkap Muhammad Iqbal, salah seorang santri penghuni panti.

Tak berselang lama, dua orang berpakaian hitam-hitam pun masuk ke lokasi. Dua orang berkacamata hitam ini juga menenteng tas, layaknya teroris sungguhan yang tertangkap kamera CCTV. Bedanya, dua teroris ini hanya meledakkan 'bom' kecil alias petasan.

Bersamaan dengan bunyi ledakan petasan, salah seorang santri melemparkan kapuk isi bantal. Ketika kapuk bertaburan, belasan santri dan teroris itupun terkapar. Selanjutnya, beberapa 'polisi' tiba di lokasi dan melakukan proses evakuasi. Hampir seluruh santri 'berdarah-darah', setelah memecahkan bungkusan plastik berisi saos tomat dicampur air seperti dilansir beritajatim.com.

Mereka juga mempertegas bahwa terorisme identik dengan pesantren adalah anggapan yang salah. Setelah itu, seluruh santri menggelar doa bersama. Mereka mendoakan agar seluruh korban tewas dalam insiden ledakan bom tersebut diterima di sisi-Nya.

Selain itu, mereka berdoa agar insiden serupa tidak terulang lagi di Indonesia. Mereka merasa prihatin dengan anggapan bahwa terorisme identik dengan pesantren.

"Pentas teater tersebut sekaligus untuk mempertegas bahwasannya terorisme tidak identik dengan pesantren. Terus terang kami sangat prihatin dengan anggapan seperti itu. Itu sangat tidak beralasan,” jelas M Rifai, pengasuh panti asuhan Al-Fattah diakhir acara. (mad)


Terkait