Jakarta, NU.Online
Selama ini akal bawah sadar kaum Muslimin mengidentikkan jihad dengan perang dan segala yang berbau kekerasan. Padahal banyak makna yang terkandung di balik makna jihad, seperti memberikan rasa aman kepada semua orang, baik Muslim atau Non-Muslim, baik orang itu telah melakukan tindakan criminal atau tidak, dan meningkatkan kesejahteraan umat. Hal ini ditegaskan oleh Dr. Said Aqiel Siraj dalam siding Komisi I hari ini. Adapun dalam kaitannya dengan jihad dengan artian “perang dan menggunakan kekuatan fisik”, Dr. Aqiel mengatakan, “Jihad adalah pilihan paling akhir.” Jihad dalam artian perang adalah “pilihan yang paling belakang,” tambahnya.
Kang Said--biasa dipanggil-- mengatakan bahwa kata “jihad” sendiri berarti “berjuang”, “berupaya” meningkatkan kesejahteraan umat. Jihad dalam makna yang demikian sangat sinkron dengan pesan Al-Qur’an bahwa risalah Islam diturunkan ke dunia demi membawa rahmat bagi seluruh alam. “Islam adalah agama humanis. Islam mengakui keragaman agama, bahkan Islam berfungsi sebagai penyempurna ajaran agama-agama sebelumnya. Oleh karena itu, untuk mengikuti perubahan zaman yang begitu cepat, maka Islam mau tak mau harus mengembangkan pikiran yang rasional yang akan mampu menjawab tantangan dan dinamika yang begitu cepat itu,” kata Syaikul Azhar Prof. Dr. Muhammad Sayyid Al-Thanthawi dalam sambuatannya yang dibacakan oleh Prof. Dr. Ibrahim al-Fayoumi, dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar.
<>Pemahaman moderat inilah yang seharusnya dikembangkan oleh para cendekiawan Muslim melalui International Conference of Islamic Scholar yang diselenggarakan pada 23-25 Pebruari 2004 di Jakarta Convention Center ini. "Jika para cendekiawan Muslim mampu mensosialisasikan jihad dengan makna yang demikian, diharapkan wacana “Jihad Perang” tidak akan menjadi makna yang dominan yang akhirnya menenggelamkan jihad dalam makna-maknanya yang lain," ungkapnya mengakhiri pembicaraan. (MM)