Jakarta, NU.Online
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj mengatkan tidak benar pondok pesantren memproduksi generasi liberal, justeru dari tradisi pemikiran pesantrenlah lahir dan tumbuhnnya Islam moderat yang mampu menghargai pluralisme. demikian ungkapnya ketika menjawab sinyelemen pondok pesantren telah melahirkan generasi liberal dalam acara konferensi pers di sela-sela International Conference of Islamic Scholars, Selasa (24/2), di JCC.
Menurut Dr. Said Agil Siraj hal itu merupakan sebuah sikap anak muda yang ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada model pemikiran Islam lain tidak lebih dari itu dan jumlahnya juga tidak banyak. " Didikan pesantren mempunyai kelebihan di bidang tata bahasa dan struktur bahasa arab, dan kebetulan buku berbahasa arab yang mereka baca berisi pemikiran Islam Liberal ditambah lagi penulis buku-buku itu seperti Hasan Hanafi,Muhammad Abduh dll. adalah dari Timur Tengah. Dan jumlah mereka tidak banyak, masih banyak generasi NU yang tidak liberal," ungkap Said
<>Lebih jauh menurutnya, pondok pesantren, terutama dalam lingkungan RMI, (lembaga NU yang mengelola pesantren), mengajarkan Islam yang tidak radikal dan tidak pula liberal. Perinsipnya, pesantren siap melakukan adaptasi kapan saja tentang apa saja selama tidak menyangkut akidah. Di pesantren selama ini menekankan empat prinsip yakni, cinta tanah air, praktik ibadah, humanisme, pluralisme.
Dari sisi menajemen, pada dasarnya pesantren, lanjut Said, telah dikelola sesuai dengan konsep society based management, hanya saja istilah tidak dikenal di kalangan pesantren dan masih memerlukan beberapa penambahan perangkat lunak dan fasilitas untuk menjadi lebih sempurna.
Pesantren di Indonesia khususnya yang berada di dalam naungan NU ditumbuh dan kembangkan oleh masyarakat. Salah satu indikatornya adalah, masyakarat setempat akan senang bila disebutkan pesantren di daeranhya.
Ketika dikonfirmasi tentang adanya indikasi pesantren terkait dengan terorisme, Said Agil Siraj menampik sinyalemen itu karena dalam tradisi pesantren, orang pesantren tidak akan mengajarkan terorisme di samping memang waktu santri dan pimpinan pesantren telah habis digunakan untuk belajar baik siang maupun malam, tidak ada waktu untuk melakukan perbuatan teroris. "Terorisme adalah tindakan yang harus dikutuk," tandasnya.
Sekalipun dalam pesantren diajarkan bela diri, namun ketrampilan itu dijamin tidak akan digunakan untuk kerusakan baik diri sendiri maupun mengganggu kepentingan umum. Bagi orang yang mengerti pesantren, ia pasti tahu bahwa terorisme bukan budaya pesantren, demikian Said Aqil Siradj.(FDL)