Jakarta, NU.Online
Indonesia merupakan negara yang memiliki laut yang sangat luas akan tetapi saat ini penguasaan terhadap kekayaan laut sangat rendah. Ini dikarenakan penguasaan Iptek kelautan yang masih sangat rendah. Pernyataan ini merupakan salah satu hasil dari bedah buku “Paradigma Baru Pembangunan Indonesaia Berbasiskan Kelautan” karya Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri, MS. Yang diselenggarakan oleh Pucuk Pimpinan Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Rokhmin Dahuri yang merupakan anak nelayan menyatakan bahwa saat ini sebagian besar kekayaan laut yang dimiliki Indonesia lebih banyak dinikmati oleh negara asing. “Mereka mencuri kekayaan laut kita dengan teknologi canggih yang mereka miliki” ujar Rokhmin
<>Rokhmin yang memperoleh pendidikan kelautan di Kanada menyatakan sekarang telah dikembangkan usaha pemetaan lokasi ikan. Lokasi ikan selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi air laut. “Zaman dulu ketika saya masih kecil penentuan lokasi ikan dilakukan secara mistik” ungkap Rokhmin yang sejak kecil telah akrab dengan laut.
Teknologi pemetaan ini telah meningkatkan perolehan nelayan 120%. Saat ini nelayan merupakan bagaian masyarakat dengan pendapatan paling rendah. Tanpa peningkatan teknologi, taraf kehidupan mereka akan tetap rendah. Padahal sumberdaya yang tersedia sangat melimpah. Sumber daya kelautan dapat dikatakan sebagai “Raksasa Ekonomi yang Masih Tertidur.”
Pendirian departemen kelautan merupakan salah satu jasa dari pemerintahan Gus Dur. Ini merupakan salah satu usaha untuk memberdayakan potensi laut Indonesia. Namun demikian untuk bisa memberdayakan laut secara maksimal perlu waktu yang lama. Perlu penanganan secara komprehensif mulai dari masalah hukum sampai dengan masalah budaya. “Memberdayakan laut tidak bisa dalam waktu semalam,” ungkap Rokhmin.
Ketua PBNU KH Said Agil Syirad yang juga hadir dalam acara itu mengatakan bahwa terdapat 46 kata laut dalam Al Quran. “Ini menunjukkan betapa besarnya potensi laut untuk kesejahteraan manusia. Binatang apapun yang hidup didalam laut boleh dimakan, dan diwaktu haji jamaah haji diperbolehkan mencari ikan padahal mereka dilarang membunuh semut sekalipun.
Acara buku ini dilakukan PP IPPNU sebagai salah satu dari rangkaian acara untuk menyambuat kongres XIII yang akan dilaksanakan di Surabaya pertengahan Juni Mendatang.
Ketua Umum IPPNU Ratu Dian Khatifa mengatakan bahwa bedah buku ini merupakan usaha untuk memperkenalkan potensi kelautan yang terabaikan kepada generasi muda IPPNU. “Selama ini potensi itu terabaikan dan kami berusaha untuk memperkenalkannya kepada generasi muda perempuan NU sebagai calon pemimpin dimasa depan” tutur Ratu Dian kepada Nu Online.
Diskusi tersebut dihadiri oleh Prof Dr. IR H. Rokhmin Dahuri, MS, Marzuki Usman, KH Said Agil Syirad, dan Ir Tari Siwi Utami, sekretaris komisi III DPR RI yang mengelola masalah kelautan. (Mkf)