Jakarta, NU Online
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Prabowo Subiyanto melakukan kunjungan ke PBNU Senin, (6/6) untuk membicarakan tindak lanjut dari MoU penanaman pohon Jarak yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.
Sebelumnya pada 17 Mei 2005, bertempat di Institut Teknologi Bandung, dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara Sekretaris Jenderal PBNU Endang Turmudi, Rektor ITB Prof. Dr. Djoko Santoro, Rektor IPB Prof. Dr. Ahmad Ansori Mattjik dan Ketua Umum HKTI Prabowo Subiakto.
<>PBNU akan mensosialisasikan program tersebut ke warga nahdliyyin karena dengan keterlibatan NU, program tersebut lebih mudah diterima oleh masyarakat pedesaan. Kyai NU memiliki peran sentral dalam masyarakat dan anjurannya lebih mudah untuk dilaksanakan.
Program ini akan dilaksanakan di daerah-daerah yang kurang subur dan tidak bisa ditanami pohon lainnya. Untuk lahan produktif, lebih menguntungkan jika ditanami dengan pohon lainnya.
Hasyim mengungkapkan bahwa jika program ini sukses, maka bisa mengurangi subsidi BBM sejumlah 90 Trilyun yang dialokasikan pemerintah kepada masyarakat sehingga sangat menguntungkan.
Sebagai langkah awal, akan dibentuk kelompok kerja yang nantinya akan meneliti berbagai aspek mulai dari aspek teknis seperti pembibitan, hak guna tanah, permodalan, sampai pemasarannya.“Ini akan kita kerjakan bareng-bareng, termasuk mencari dananya,” imbuhnya.
Hasyim juga mengusulkan agar kerjasama ini tak hanya dalam penanaman pohon jarak saja, tetapi juga kelapa sawit karena pasarnya sudah jelas dan memasyarakat. “Kalau jarak mungkin hanya Pertamina pasarnya. Dan apakah mereka tanggung jawab untuk mengambil semua tanaman, kalau tidak kan tambah repot,” imbuhnya.(mkf)