Pasuruan, NU Online
Dengan diiringi oleh alunan rebana dan bacaan sholawat badar, rombongan Rektor Al Azhar Prof. Ahmed al Tayyeb mengunjungi pesantren Sidogiri di Pasuruan Jawa Timur (26/02)
Tampak sekali keceriaan para santri karena dikunjungi oleh pimpinan salah satu universitas Islam terkenal di dunia yang banyak menjadi impian mereka untuk dapat bersekolah di sana. Dengan memakai seragam pakaian koko warna putih dan sarung hijau, mereka berdiri sepanjang jalan pintu masuk ke pesantren yang berjarak kira-kira 500 meter dari jalan.
<>Rombongan tersebut tampak ceria mendapat sambutan yang luar biasa tersebut, dan di kantor pesantren tersebut, dilakukan dialog dengan para ustadz. Semuanya dilakukan dengan bahasa Arab yang memang sudah menjadi makanan sehari-hari para santri.
Dalam dialog tersebut, rombongan dari Mesir menyatakan kebanggaanya karena para santri dapat berdiskusi dalam bahasa Arab dengan baik, "Karena bahasa Arab adalah bahasa al Qur'an, dan sebagai muslim kita tidak dapat melepaskan hal ini," ungkapnya.
Para ustadz juga mempertanyakan kemungkinan pesantren Sidogiri diakui oleh Al Azhar dan bagaimana agar santri-santri yang memiliki potensi dapat memperoleh beasiswa untuk bersekolah di sana.
Namun demikian, dijelaskan bahwa karena Al Azhar merupakan sebuah institusi resmi negara di bawah Grand Syeikh Azhar, maka pengajuan dalam hal ini juga harus melewati prosedur yang resmi.
Setelah acara dialog tersebut selesai, rombongan melakukan kunjungan kepada pengasuh ponpes tersebut, KH Abdul Alim, generasi ke delapan dari Sayyid Sulayman yang mendirikan pesantren tersebut.
Sebelumnya mereka telah mengunjungi Universitas Islam Malang dan melakukan dialog dengan rektor Unisma Prof. Dr. H. Achmad Sodiki, S.H. serta para pembantunya yang juga menyambut dengan gembira rombongan tersebut.
Dalam dialog di Unisma tersebut, Prof. dr. Ahmed al Tayyeb mengungkapkan kesulitannya untuk mengirimkan para guru besar di negara-negara berkembang. "Kalau di negara minyak, mereka dapat memperoleh gaji yang layak, tetapi untuk negara berkembang, hal ini akan menimbulkan kesulitan," ungkapnya.
Untuk itu akan diusahkan dilakukan subsidi dengan meminta negara-negara Timur Tengah yang kaya untuk dapat membiayai sebagian dari guru besar yang dikirimkan ke berbagai negara muslim di dunia untuk kemajuan bersama umat Islam.
Al Azhar sendiri merupakan sebuah institusi yang sangat besar yang memiliki 60 fakultas dengan jumlah mahasiswa 360.000 yang tersebar di berbagai tempat. Dari sekian banyak mahasiswa tersebut 13.000 diantaranya merupakan mahasiswa asing dan dari jumlah tersebut, terdapat 1000 mahasiswa berasal dari Indonesia.(mkf)