Mekkah, NU Online
Petugas di sekeliling Masjidil Haram, yang dikenal dengan sebutan Askar, tergolong tegas dalam mengatur calon jemaah haji dari mancanegara dalam menjalankan ibadah.
Dalam melaksanakan tugas, Askar tak kenal kompromi. Namun mereka tetap mengindahkan kepentingan jemaah dalam beribadah, mengatur jemaah berdoa di tempat-tempat yang dimuliakan Allah, seperti mencium Hajar Aswad, shalat di Hijir Ismail dan Maqam Ibrahim.
<>Rupaya, Askar ternyata sangat sopan. Ketika di luar tugas, mereka sangat senang bila mendapat ucapan Asalamualaiukum dan, apa lagi, disalami warga Indonesia. Baik calon haji maupun tenaga musiman (Timus) setempat.
"Indonesia bagus," komentar seorang Askar berjenggot lebat dan mengenakan baret coklat tua.
Tapi, pemandangan sikap protes kerap muncul dari jemaah negara terdekat Saudi Arabia, seperti Mesir dan Turki, saat berebut shalat di Maqam Ibrahim dan Hijir Ismail karena memang di kedua tempat itu menjadi tempat agung dan diyakini bagi umat muslim doanya akan dikabulkan Allah.
Pemandangan berdesakan untuk shalat selalu saja terjadi, namun tidak memunculkan ketersinggungan antarsesama jemaah. Apa lagi marah yang kemudian disusul adu jotos seperti di lapangan sepakbola di tanah air.
Sesama jemaah memahami, tak akan menyakiti jemaah lainnya. Persoalannya, bagi orang Asia -- seperti Indonesia -- berbadan pendek. Selalu saja "kecentet" dan mengalah tatkala masuk kawasan Hijir Ismail di sisi Kabah. Demikian pula tatkala hendak shalat di Maqam Ibrahim yang jaraknya hanya sekitar 14,5 meter dari Hajar Aswad, tak jauh dengan letak pintu Ka’bah.
Meski menghadapi kesulitan, toh nyatanya banyak orang bisa sholat di Maqam Ibrahim dan Hijir Ismail. Apa sebabnya, secara logika, memang karena kemampuan Askar mengatur hal itu. Namun tidak demikian dengan kebanyakan orang Indonesia. Mereka mampu sholat dekat Baitullah atau Ka’bah sesungguhnya karena ridho Allah semata.
"Semua kan tergantung amal perbuatan seseorang," celoteh seorang jemaah asal Palembang, Abdullah, tatkala membicarakan suksesnya shalat di kedua tempat tersebut.
Maqam Ibrahim
Al maqam berarti telapak kaki berpijak. Maqam Ibrahim, dalam beberapa literatur dijelaskan merupakan batu yang dibawa Nabi Ismail yang digunakan untuk berdiri Nabi Ibrahim ketika membangun Kabah.
Di atas batu itulah Nabi Ibrahim membangun Ka’bah dengan tangannya sendiri, yang batu-batuannya dibawa Ismail.
Keutamaan Maqam Ibrahim, antara lain sebagai tempat shalat. Rasullallah, tatkala melaksanakan haji, setiba di Ka’bah langsung mencium Hajar Aswad. Lantas, berlari-lari kecil tiga putaran, dan selebihnya empat putaran berjalan biasa.
Lalu, Nabi Muhammad SAW ke Maqam Ibrahim dan berdoa: Dan, jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Maqam Ibrahim, sesuai dengan Sabda Rasullallah adalah batu dari surga seperti halnya Hajar Aswad. Karena itu, siapa yang shalat di belakangnya doanya akan dikabulkan.
Maqam Ibrahim pun menjadi perhatian para pemimpin umat Muslim dunia. Dahulu, Maqam Ibrahim diletakkan dalam sebuah bangunan lemari perak yang pada bagian atas dibuatkan peti dengan ukuran 6 x 3 meter.
Bangunan ini mempersulit orang yang thawaf, sehingga Rabihah Alam Islami (Organisasi Persatuan Dunia Islam) mengusulkan untuk menghilangkan bangunan itu. Kemudian diganti dengan dibuatkan penutup dari kaca diletakkan di atas Maqam Ibrahim. Hal ini terjadi pada 1387 H/1867 M.
Penyempurnaan kemudian dilanjutkan Raja Fahd ibn Abdul Aziz dengan memperbaharui kotak tersebut dengan dilapisi kaca bening setebal 10 mm antipanas. Penyempurnaan selesai pada 1418 H.
Hijir Ismail
Mengenai Hijir Ismail, yang juga diniatkan banyak calon haji untuk sholat di situ, merupakan bangunan setengah lingkaran di sisi Ka’bah. Ketika dilakukan renovasi di zaman Quraisy, separuh lingkaran terpotong sehingga dinamai juga Hathim, yaitu yang terpotong.
Di situ Ibrahim menjadikan sebagai rumah kecil dari batang pepohonan yang diperuntukkan bagi Ismail dan ibunya, Hajar. Ini menunjukkan Hijir Ismail bukan bagian dari Ka’bah. Sedangkan bagian lain yang terpotong dan dimasukkan oleh Quraisy ketika merenovasi Kabah adalah bagian dari Ka’bah, dengan lebar 3 meter.
Karena itu, bagi jemaah haji Indonesia harus tahu betul mengenai hal ini. Sebab, tak sah thawaf seseorang kecuali di belakang Hijir Ismail. (ant/sir)