Semarang, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Drs H. Moh. Adnan, MA menyatakan, figur Rais Aam Syuriah PBNU haruslah orang yang betul-betul ahli fiqih (ilmu tentang hukum Islam), karena fatwanya sangat menentukan nasib orang Islam di Indonesia.
Atas pertimbangan itulah, kata Adnan di Semarang, Selasa, dirinya dan mayoritas Pengurus Cabang (PC) NU se-Jateng mendukung KH Sahal Mahfudh sebagai Rais Aam pada Muktamar ke-31 NU yang akan berlangsung di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, 28 November s/d 2 Desember 2004.
<>Pernyataannya itu tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan mantan Ketua Umum PBNU, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ketika menghadiri acara peresmian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Soko Tunggal di kompleks Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang, Selasa sore.
Gus Dur ketika berada di Ponpes milik KH Nuril Arifin (Gus Nur) itu menyatakan, idealnya figur Rais Aam adalah orang yang ahli fiqih. Bahkan pada kesempatan itu dia menyebut nama KH Sahal Mahfudh, salah seorang ahli fiqih yang dimiliki organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam itu.
"Kalau saya bukan ahli fiqih, tetapi saya akan tunduk pada putusan Muktamar NU," katanya ketika ditanya kemungkinan dirinya dipilih muktamirin sebagai Rais Aam menggantikan posisi pamannya, Sahal Mahfudh.
Dukungan kepada Sahal Mahfudh, lanjut Adnan, di samping yang bersangkutan mengerti dan mendalami ilmu fiqih, Sahal juga merupakan figur kiai yang sejuk dan dikenal sebagai organisatoris yang handal. "Organisasi ini kan lembaga modern, bukan lembaga tradisional, sehingga dibutuhkan orang yang betul-betul memiliki kemampuan berorganisasi," katanya.
Dia juga tidak menyangkal keinginan masyoritas cabang-cabang mendukung pasangan Sahal Mahfudh dan KH Hasim Muzadi sebagai Rais Aam Syuriah dan Ketua Umum PBNU periode 2004-2009. "Sesuai aspirasi yang saya serap dari cabang-cabang, saya dengan pengurus cabang di Jateng masih berharapkan duet pasangan itu untuk memimpin NU lima tahun ke depan," katanya.
Ia juga menyampaikan beberapa alasan kenapa masih mempertahankan Hasyim, antara lain mantan Calon Wakil Presiden (Cawapres) RI itu selama kepemimpinannya selalu "concern" terhadap perkembangan organisasi, termasuk warga nahdliyin yang berada di luar struktur NU.
"Selama kepemimpinan Pak Hasyim, beliau juga menyempatkan diri mengunjungi 422 cabang, mulai dari Aceh sampai ke Papua. Kedatangan Ketua Umum PBNU di setiap cabang ini, suatu bukti bahwa Pak Hasyim memperhatikan pula mereka yang berada di luar Jawa, dan betul-betul dianggap sebagai pengurus NU. Itu belum pernah dirasakan sebelumnya," katanya.
Adnan yang juga Ketua Panitia Daerah Muktamar ke-31 NU mengatakan, panitia mengundang sedikitnya 5.000 orang pada Mukamar yang dijadwalkan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu (28/11) dan ditutup Wakil Presiden M. Jusuf Kalla pada hari Kamis (2/12).
Tamu undangan itu terdiri atas pengurus PBNU, 30 unsur pengurus wilayah, 422 unsur pengurus cabang se-Indonesia, enam unsur pengurus cabang istimewa yang berada di luar negeri (Timur Terngah).
"Masing-masing delegasi mengirimkan tujuh orang utusannya. Bisa anda hitung, berapa jumlah muktamirin (peserta Muktamar,red) nanti," katanya kepada wartawan pada acara jumpa pers di Kantor Sekretariat PWNU Jateng, Jalan Dr Cipto Semarang.(an/mkf)