Jogja, NU Online
Didasari keprihatinan terhadap kondisi PBNU saat ini, PBNU, PWNU Yogyakarta, dan LKiS mengadakan Halaqah dan Muhasabah Nasib Khittah NU dalam Konjungtur Sosial Politik Indonesia bertempat di Ponpes Sunan Pandan Arang Yogyakarta, Minggu 13 Juni 2004.
Beberapa tokoh NU yang berbicara dalam acara tersebut adalah Malik Madani dosen IAIN Sunan Kalijaga, Mustasyar PWNU Jogja Muhtar Mas’ud, Imam Aziz dari LKiS, dan Plh PBNU Masdar F. Mas’udi. Acara berlangsung mulai jam 09.30 – 17.00 dengan dihadiri 250 orang peserta.
<>Mas’dar dalam ceramahnya menyatakan bahwa saat ini yang sangat penting dilakukan oleh NU adalah menyelamatkan khittah dan melaksanakan qaraar PBNU yang dihasilkan melalui rapat syuriah PBNU yang dilaksanakan di Rembang.
Masdar menganggap bahwa saat ini orang NU sendiri ternyata kurang konsisten dalam melaksanakan khittah dan beberapa kyai yang mengawal khittah seperti KH Ahmad Siddiq juga sudah meninggal.
Sosialisasi tentang qaraar yang seharusnya menjadi pedoman warga NU dalam mensikapi kondisi politik saat ini juga belum bisa berjalan dengan baik sehingga implementasinya di cabang-cabang juga kurang optimal. Banyak cabang yang sekedar tahu tentang qaraar tetapi mereka tidak mengetahui isinya secara utuh.
Sementara itu Mustasyar PWNU Yogyakarta Muhtar Mas’ud menyatakan bahwa NU saat ini kurang peduli pada nasib rakyat. Karena itulah, tujuan didirikannya NU oleh para ulama harus dilihat kembali agar NU dalam kembali ke relnya semula.
Salah satu tokoh NU Jogja Malik Madani menyatakan bahwa memang warga NU secara pribadi boleh saja mencalonkan diri sebagai capres maupun cawapres. Namun demikian, karena saat ini sebagian besar pengurus NU terlibat dalam tim sukses, maka roda organisasi NU menjadi lumpuh.
Tokoh muda NU dari LKiS Imam Aziz juga mengkritisi kondisi NU saat ini yang dianggap kurang peduli terhadap rakyat. Ia terutama melihatnya dari berbagai kepentingan rakyat yang kurang diperjuangkan oleh NU, terutama melakui regulasi yang ada.(mkf)