Warta

Putra Saddam Dimakamkan

Ahad, 3 Agustus 2003 | 05:25 WIB

Jakarta, NU.Online
Mayat dua putra Saddam Hussein, Uday dan Qusay, telah dimamamkan di kampung halaman, pemimpin terguling itu di Irak utara, demikian dilaporkan Kantor berita Reuters, Lebih lanjut mengutip para saksi, yang mengatakan, mayat mereka diselimuti bendera Irak, dan dikebumikan di pemakaman Awja hari Sabtu. Sekitar 150 orang, termasuk anggota keluarga, menghadiri upacara singkat, kata seorang pejabat dari Komunitas Bulan Sabit Irak. Upacara itu berlangsung "tenang dan tanpa disertai kejadian yang menonjol", ungkap pejabat itu.

Militer Amerika di Irak menyerahkan mayat kedua anak Saddam itu kepada Bulan Sabit di Baghdad, tempat kedua jasad itu ditahan, sejak keduanya terbunuh dalam baku tembak dengan pasukan Amerika tanggal 22 Juli. Beberapa jam sebelum mayat itu dilepaskan, seorang serdadu Amerika tewas, dan tiga lainnya cedera dalam serangan granat yang diluncurkan dengan roket terhadap sebuah konvoi di Baghdad utara. Serdadu itu tercatat sebagai anggota militer ke-53 Amerika yang terbunuh dalam penyerangan oleh para pemberontak Irak, sejak Presiden Bush menyatakan, perang secara umum telah berakhir 1 Mei.

<>

Ketakutan

Direktur Masyarakat Bulan Sabit di kawasan Tikrit,  Thawrah Abed Bakr, mengatakan, putra Qusay, Mustafa, 14 tahun, yang juga terbunuh di Mosul, juga dimakamkan bersama kedua bersaudara.

"Kami membawa mereka ke masjid di pemakaman itu. Kami mensalati, dan memakamkan mereka di kuburan keluarga. Semuanya selesai sebelum pukul 12.30 (15.30 WIB). Saya diperintahkan agar melakukannya dengan kerahasiaan oleh pihak keluarga dan suku," kata Abed Bakr.

BBC melaporkan telah mengunjungi kuburan itu, mengatakan, ketiga kuburan itu diselimuti bendera Irak, dan warga suku setempat menyinggung-nyinggung untuk mendirikan monumen peringatan. Dia mengatakan, sekelompok kecil warga yang setia kepada Saddam datang, dan berdoa di makam itu.

Dia menambahkan, meski kebanyakan warga Irak membenci kedua bersaudara, banyak orang merasa mereka tetap berhak dimakamkan secara Islam. Setelah Uday dan Qusay terbunuh, pasukan Amerika menerbitkan foto-foto mayat mereka yang berlumuran darah, dan kemudian foto jasad mereka yang telah dirawat untuk membuktikan kepada warga Irak yang ragu-ragu bahwa kedua anak Saddam itu benar-benar telah mati.

Wartawan BBC di Baghdad, Matthew Price mengatakan, muncul kekhawatiran soal perlakuan terhadap mayat mereka. Pasukan koalisi khawatir makam mereka akan menjadi titik perhatian para pendukung, atau musuh Saddam Hussein. Tikrit tempat  kubu para pendukung mantan presiden Irak itu. Hari Jumat lalu, pasukan Amerika menahan seorang pria yang dituduh mengorganisir serangan terhadap serdadu Amerika, dalam suatu penyerbuan terhadap sebuah rumah di kota itu. 

Kepala Intelijen Inggris Mundur

Sementara iru  tersiar kabar Sir Richard Dearlove (Kepala Intelijen Inggris) siap mundur, namun Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris (2/8) mengatakan, walau langkah tersebut ada ditegaskan tidak ada kaitannya dengan perbedaan pandangan dengan pemerintah menyangkut persoalan Irak.

Jurubicara Kemlu mengatakan Sir Richard Dearlove (58) akan pensiun bulan Agustus 2004, setelah lima tahun mengabdi pada kedudukannya itu, masa tugas normal bagi setiap kepala dinas intelijen luar negeri (M16). "Sir Richard Dearlove terus menikmati kepercayaan sepenuh mungkin dari Perdana Menteri, Menlu dan semua kalangan pemerintahan lainnya mengenai Irak dan semua isu intelijen," kata jurubicara tersebut.

Meski demikian, mingguan The Observer melaporkan Dearlove diperkirakan kecewa pada adanya perbedaan antara organisasi yang dipimpinnya dengan kantor Perdana Menteri Tony Blair. Pengunduran dirinya karena pensiun itu diduga akan semakin memperburuk krisis kepercayaan di dalam tubuh M16 mengenai dugaan manipulasi data intelijen persenjataan perusak massal Irak yang dilakukan Kantor PM, menurut surat kabar itu.

Suatu laporan kontroversial BBC, lembaga pemberitaan Inggris -- yang dibantah sekeras-kerasnya oleh PM Blair, bulan Mei lalu menyatakan pemerintah Inggris telah melebih-lebihkan ancaman dari persenjataan Irak. Isu persenjataan perusak massal yang dikatakan Amerika Serikat dan Inggris dimiliki Irak dan mengancam dunia dipakai oleh koalisi tersebut untuk melakukan intervensi terhadap Irak pada 20 Maret lalu. (BBC/Reuters/Ant/Cih)


Terkait