Warta

Puluhan tewas di Liberia

Senin, 21 Juli 2003 | 21:27 WIB

Jakarta, NU.Online
Puluhan orang tewas akibat pemboman besar-besaran terhadap ibukota Liberia, Monrovia. Serangan mortir bertubi-tubi itu dimulai ketika masyarakat mulai melakukan aktivitas sehari-hari mencari persediaan air dan makanan, setelah pemboman sebelumnya berhenti selama 12 jam.

Jenazah sebagian korban yang tewas kemudian ditumpuk di depan kedutaan besar Amerika Serikat, sebagai protes atas sikap Amerika yang tidak mau bertindak. Mayat-mayat itu diletakkan di depan kedutaan besar Amerika tak lama sesudah kedatangan 40 orang tentara Amerika lewat helikopter, untuk memperkuat keamanan di Monrovia.

<>

Sekitar 4.500 marinir diperintahkan untuk menuju kawasan Mediteranea, sebagai persiapan untuk diterjunkan ke Liberia. Presiden George W Bush mengatakan Amerika Serikat memantau perkembangan dengan seksama.  BBC mengatakan serangan mortir itu datang dari daerah pelabuhan, tempat berlangsungnya pertempuran.

Sebuah peluru mortir sebelumnya menghantam kompleks kedutaan besar Amerika di Monrovia, sedangkan gedung-gedung PBB di kota itu menjadi tempat pengungsian ratusan orang. Para pemberontak, yang bertujuan menggulingkan Presiden Charles Taylor, mengatakan kepada BBC bahwa bukan mereka yang melakukan serangan mortir.

Marah

Pasukan Amerika diterbangkan dari negara tetangga Liberia, Sierra Leone, pada hari Senin. Helikopter-helikopter itu kemudian mengangkut pekerja bantuan asing dan wartawan kembali ke ibukota Sierra Leone, Freetown. Ada juga laporan-laporan yang menyebutkan bahwa PBB sudah menarik semua stafnya dari Monrovia.

Pasukan Amerika di Monrovia diperintahkan melindungi staf kedutaan dan warga negara Amerika, tetapi dilarang terlibat dalam pertempuran yang melibatkan tentara pemerintah dan pemberontak. Penduduk Liberia merasa frustrasi karena Amerika mengirim pasukan hanya untuk melindungi kedutaan besarnya.

Seorang pria mengatakan kepada BBC bahwa tentara Amerika mestinya memulihkan gencatan senjata yang semula berlaku."Banyak di antara kami yang meninggal," katanya.

Daerah-daerah yang dikuasai pemerintah di Monrovia juga dilanda penjarahan besar-besaran. Milisi pemerintah melepaskan tembakan, dan menyerang perumahan, pertokoan dan kendaraan. Washington menyerukan agar gencatan senjata segara diberlakukan kembali, dan menghendaki agar Presiden Taylor meletakkan jabatan. Taylor sudah menerima tawaran suaka dari Nigeria, tetapi dia tidak mau mundur sebelum kedatangan pasukan penjaga perdamaian internasional.

Pertempuran yang terus berkecamuk menghambat upaya kemanusiaan untuk membantu warga sipil yang terluka dan kehilangan tempat tinggal. Para dokter di dua rumah sakit sementara yang dibangun Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan mereka praktis tidak bisa merawat pasien karena tembak menembak antara milisi pemerintah dan pasukan pemberontak.

Badan-badan bantuan mengatakan staf mereka tidak bisa keluar karena pertempuran ini, dan tidak bisa mencapai pusat-pusat pemukiman, dimana ribuan orang berada dalam keadaan yang sangat jelek. Kepala misi MSF di Monrovia, Alain Kassa, mengatakan pertempuran pada hari Minggu menyulitkan pengangkutan warga yang terluka ke rumah sakit. (BBC/Cih)
 


Terkait