Tegal, NU Online
Keprihatinan merebaknya NII di daerah mengemuka pada acara jam’iah Manaqib Amanatatuf MWC NU kec Talang kab Tegal. Acara yang mirip dengan Laelatul ijtima hanya saja dilakukan pada hari Ahad pagi sekitar jam 06.00 setiap sebulan sekali, menjadi ajang curhat ranting-ranting NU di kec Talang untuk meminta pengarahan dari MWC NU dan PCNU.
“Saya merasa prihatin dengan maraknya pemberitaan, bahwa ternyata banyak dari warga NU yang terbawa NII atau paling tidak terbawa model berfikirnya dengan mengatakan yang penting Islam ora usah NU-NU an dan lebih prihatin lagi banyak dari aktivis NU desa Kajen, anaknya disekolahkan di lembaga milik Islam garis keras. Bahkan anak mantan ketua IPNU ranting Kajen di sekolahkan di Aisiah padahal TK Masyitoh ada dan lebih maju, “ kata H Wahid Hasyim, saat menyambut sebagai pengurus ranting NU Kajen pada acara tersebut, di majlis ta’lim Alaziz (3/7).
<>
Menurut H Wahid, persoalan tersebut jangan dianggap sepele karena inilah sebenarnya tugas NU sebagaimana awal ketika NU didirikan dimana banyak aliran yang tidak sesuai dengan Islam tetapi mengaku Islam, orang banyak bicara Islam dan mengaku paling Islam padahal cara-cara yang digunakan menyimpang dari Islam.
“Saya berharap MWC NU merespon persoalan ini agar lebih waspada dengan gerakan NII atau cara berfikir mereka,” kata alumni IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Sementara menanggapi keluhan dari ranting, pengurus MWC NU Talang yang di sampaikan oleh ustad Misbah SAg mengatakan, untuk menjaga dan membentengi akidah warga NU yang ada di ranting-ranting maka kegiatan lailatul ijtima sebagai tempat berkumpulnya warga NU yang biasanya dilakukan saat bulan purnama atau setiap bulan sekali.
“Di acara seperti lailatul ijtima atau jam’iah di ranting itulah kita bisa mengadakan pembinaan dan penguatan akidah ahlussunah wal jamaah dan memperkenalkan keputusan-keputusan Nahdlatul Ulama terkait Pancasila, NKRI dan perjuangan para ulama dalam mempertahankan NKRI, karena sebenarnya Pancasila dan NKRI adalah harga mati bagi NU. Oleh karenanya, NU sebenarnya pemilik resmi NKRI ini,” katanya bersemangat.
Dalam pandangan ustad Misbah, Islam rahmatan lil alamin, sikap tasamuh, tawazun dan tawasuth harus selalu dikenalkan dan dijelaskan secara terus menerus kepada warga NU sehingga akidah menyimpang atau aliran apapun tidak akan berpengaruh bagi warga NU.
“Kami juga menghimbau kepada para da’i dari NU untuk tidak bosan bicara ke-NU-an walaupun hanya seperempat jam dari dua jam ceramahnya, ada sebagian waktunya untuk NU,” kata ustad Misbah yang juga ketua lembaga dakwah PCNU kab Tegal.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Fatah