Warta

PMII Adakan Doa dan Dzikir Bersama Untuk Aceh

Selasa, 22 Februari 2005 | 05:36 WIB

Jakarta, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat menggelar doa dan dzikir bersama seniman, artis dan budayawan sebagai bagian dari aksi penggalangan dana untuk Aceh. Acara ini dilaksanakan di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM) Senin, (21/02).

Acara yang dilangsungkan mulai pukul 19.30 -23.30 tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh terkenal seperti Taufik Ismail, Putu Wijaya, Jose Rizal Manua, Jamal D. Rahman, Fikar W. Eda, Zastrow al-Ngatawi, Ingrid Widjanarko, Rukmi W. Wardani, Yana Yulio, Diah Hadaning, Hedi Yunus, Danarto dan beberapa orang lainnya.

<>

Agenda dimulai dengan pemutaran film evakuasi di Aceh yang menggambarkan kondisi Aceh saat ini, lengkap dengan penggambaran secara riil penderitaan yang mereka alami. Selanjutnya dilakukan pandangan dari tiga agama terhadap bencana tersebut.

Beberapa seniman mengekspresikan ungkapan terhadap Aceh dalam berbagai bentuk. Putu Wijaya membacakan sebuah cerpen sedangkan Jose Rizal Manua membacakan sebuah puisi, Yana Yulio, Hedi Yunus dan Ingrit Wijanarko yang biasa menyanyi kali ini juga membacakan puisi, Danarto bahkan hanya membacakan judul puisinya saja “Tuhan Saya Faham”

Terhadap tindakannya yang agak aneh tersebut Dinaldo, salah seorang pengunjung yang menanyakan kepada Danarto seusai ia menggung mengungkapkan bahwa sebenarnya puisinya tersebut cukup panjang, tetapi ia menilai terlalu banyak kata-kata yang diungkapkan dalam forum tersebut sehingga diputuskan untuk membacakan judulnya saja.

Tujuh ratus penonton yang hadir memenuhi ruangan memberikan aplaus pada masing-masing seniman yang bergantian satu per satu maju ke panggung. Para seniman dan penonton menyatu dan duduk lesehan.

Sementara itu dibagian luar juga ditampilkan foto-foto hasil jepretan beberapa fotografer dari koran nasional yang menggambarkan kondisi Aceh saat bencana. Direktur Utama BNI Sigit Pramono yang memiliki hobi fotografi juga menampilkan hasil karyanya dalam bentuk foto hitam putih.

Luthvie, salah satu panitia mengungkapkan bahwa sebenarnya juga direncanakan ada lelang lukisan yang akan hasilnya akan disumbangkan untuk korban tsunami Aceh, namun karena waktunya sangat mepet, tidak banyak pengusaha yang hadir sehingga hanya ditarik sumbangan seikhlasnya dengan mengedarkan wadah dari anyaman bambu. Kebanyakan yang hadir adalah mahasiswa dan aktifis.(mkf)

 


Terkait