Warta

PM Thailand Bentuk Komisi Independen

Sabtu, 30 Oktober 2004 | 05:04 WIB

Bangkok, NU Online
Perdana Menteri Thailand Thaksin Sinawatra menjanjikan komisi independen guna menyelidiki kematian lebih dari 87 demonstran muslim yang ditangkap oleh pasukan dan di masukan ke dalam truk di selatan negeri itu.

"Saya akan membentuk sebuah komisi independen yang dipimpin oleh Pichet Sunthornpipit, mantan penyelidik parlemen, dan terdiri dari para ahli hukum dan muslim untuk menyelidiki informasi yang benar dan adil," kata Thaksin dalam pidato yang disiarkan televisi.

<>

Pengumumannya itu disampaikan di tengah meningkatnya kekhawatiran domestik dan asing mengenai penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan, dan seruan-seruan bagi Thaksin untuk membentuk sebuah komisi penyelidik independen. Sebanyak 87 orang tewas dalam insiden di Tak Bai, provinsi Narathiwat, hari Senin itu. Enam orang tewas ditembak dalam demonstrasi yang rusuh dan 78 lain tewas tergencet atau mati lemas setelah mereka ditangkap dan dimasukkan ke dalam truk-truk angkut militer.

Tiga orang lagi ditemukan tewas tenggelam di sebuah sungai di dekat lokasi protes, kata kementerian luar negeri. Namun, Thaksin tidak mengatakan kapan penyelidikan akan dimulai atau menyebutkan kerangka waktu bagi penyelesaian pekerjaan itu. "Saya juga menyambut baik setiap upaya penyelidikan oleh organisasi-organisasi independen yang lain. Saya akan menangani kasus itu secara transparan, terus-terang, dan publik harus mengetahui kebenaran. Pemerintah tidak boleh menyembunyikan fakta karena pemerintah tidak memiliki agenda tersembunyi," kata PM Thailand tersebut.

Selama pidato 23 menit itu, ia mengungkapkan "penyesalan" atas kematian para demonstran itu. Ia menyatakan tidak berprasangka buruk terhadap muslim dan akan memberikan kompensasi kepada korban. Namun, ia mengulangi penjelasan sebelumnya bahwa ada kekurangan truk karena liburan, dan demonstran lemas karena kepanasan dan dehidrasi. "Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk memulihkan stabilitas di wilayah selatan secepat mungkin," katanya.

Thaksin juga mengulangi bantahan bahwa ia akan mengundurkan diri. Thailand selatan yang berpenduduk mayoritas muslim dilanda pemberontakan separatis keras yang muncul lagi awal tahun ini dan sejak itu menewaskan sedikitnya 418 orang. Pemberotakan itu mengguncang pemerintah Thaksin, yang dikecam karena caranya menangani kerusuhan.

Dalam pidatonya ini, Thaksin tidak mengatakan akan memecat panglima militer yang bertangung jawab atas daerah selatan atau juga permintaan maaf seperti yang diharapkan banyak pihak. Para pengamat mungkin ada yang berpendapat penampilan ini menandakan kekuatan di tengah krisis.

Tolak Produk Thailand

Tragedi pembunuhan sekitar 80 warga muslim di Thailand Selatan terus menyulut kemarahan muslim di Indonesia. Jumat (29/10) kemarin ribuan muslim secara serentak menggelar demonstrasi di Jakarta, Jogjakarta, Solo, dan Semarang, mengecam brutalitas aparat keamanan Negeri Gajah Putih itu dalam menangani demo warga muslim.

Ratusan warga dari lima elemen  (Lingkar Studi Aksi untuk Demokrasi Indonesia, Solidaritas Rakyat untuk Muslim Thailand, Hizbut Tahrir Indonsia, Gerakan Mahasiswa Pembebasan, dan aktivis KAMMI) menggelar aksi secara berurutan di depan Kedubes Thailand, Jl. Imam Bonjol, Jakarta Pusat, memprotes tragedi tersebut. Mereka menyerukan Indonesia memboikot produk Thailand, khususnya gula, beras dan produk kosmetik.

Para pendemo membawa sejumlah poster dan spanduk serta bendera Merah Putih. Poster-poster di antaranya berbunyi “Save Pattani Muslim; Adili PM Thaksin di Mahkamah Internasional; Tolak Kekerasan terhdap Muslim Thailand”. Mereka yang berdemo di Jl.Pekalongan membawa dua karung yang ditulisi beras dan gula. Menurut mereka, itu adalah produk Thailand dan harus diboikot. Massa juga membakar kedua karung itu. Setelah api menyala, aparat yang berjaga. (atr/bbc/cih)


Terkait