Di tengah krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia, pesantren hendaknya tak lagi mengharap bantuan dari pihak lain. Justru, tokoh pesantren dituntut untuk menemukan lorong kreatif dalam mengelola unit usaha.
Harapan inilah yang disampaikan oleh KH. Mahmud Ali Zain, pengurus pusat Robithoh Ma’ahid Islamiyyah (RMI) dan pengelola BMT Ponpes Sidogiri, Pasuruan Jawa Timur. KH. Mahmud Ali Zain merupakan narasumber diskusi dan bedah buku “Bank untuk Kaum Miskin” karya Muhammad Yunus (Bangladesh), di Hotel Kenari, Kudus, Jawa Tengah, Ahad (4/5), pukul 09.00 WIB.<>
Selain KH. Mahmud Ali Zain, hadir pula narasumber lain, yaknia Dr. Zaini Aboe Amin (perwakilan Bank Kudus di Kudus), Dr. Abdus Salam (Direktur BRI), dan Reuner Hefner Ph.D dari Jerman.
Agenda bedah buku ini diselenggarakan oleh Yayasan Mata Air Jakarta, bekerja sama dengan Yayasan Angalap Berkah Kudus, dalam rangka ulang tahun ke-2 majalah Mata Air, berbarengan dengan Sepuluh Tahun Reformasi dan Seabad Kebangkitan Nasional.
Dalam kesempatan ini, KH. Mahmud Ali Zain, mengungkapkan kesedihannya ketika pesantren masih saja bergantung pada pihak luar, seperti pemerintah. “Kiai hendaknya terbuka untuk mengembangkan perekonomian pesantren, dengan mendirikan koperasi dan Baitul Mal wa-Tamwil (BMT). Sebenarnya, potensi ekonomi pesantren luar biasa. hanya, tidak terkelola dengan baik” tegasnya.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ini juga menceritakan tentang kondisi BMT Ponpes Sidogiri yang semula tertatih, sekarang memiliki dana lebih dari Rp. 77 miliar.
“Memang, untuk memulai segala sesuatu harus membutuhkan kesabaran. Kegigihan dalam proses, akan menjadi penentu kesuksesan mengembangkan lembaga perekonomian di pesantren. Intinya, yang perlu digenggam adalah, keberanian untuk memulai inovasi,” imbuhnya.
Sedangkan, pembicara lainnya, Dr. Abdus Salam menegaskan tentang besarnya peluang pesantren untuk mengembangkan lembaga ekonomi. “Kita dapat berkaca dari perjuangan Muhammad Yunus, berjuang meningkatkan kualitas ekonomi rakyat Bangladesh.
Dengan sistem Grameen Bank, Yunus melakukan terobosan inovatif yang penuh resiko. Akan tetapi, berkat keteguhan hati, Yunus menjadi pelopor pemberdayaan warga kecil dan mendapat penghargaan nobel. Hal inilah yang seharusnya ditiru oleh tokoh pesantren”, ujar Salam, yang pernah mengkaji perjuangan Muhammad Yunus.
Jejak perjuangan inilah yang seharusnya menjadi nafas semangat tokoh pesantren, untuk membangun kemandirian ekonomi. Agar, lembaga perekonomian pesantren, dapat memberdayakan santri dan masyarakat sekitar (ziz)