Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Muhammad Asfar MSi berpendapat persaingan antar kader NU pada semua calon gubernur (cagub) di Jatim belum tentu menguntungkan pasangan calon dari PDIP Ir Sutjipto-Ridwan Hisjam.
"Kalau Ali Maschan (Ketua PWNU Jatim yang dinyatakan berhalangan tetap) berpasangan dengan Soenarjo (Golkar) dan Saifullah Yusuf (Ketua Umum PP GP Ansor) berpasangan dengan Soekarwo (didukung PAN-PD), belum tentu membuat warga NU yang bingung akan beralih ke Sutjipto," katanya di Surabaya, Sabtu.<>
Saat berbicara dalam seminar kebangsaan dalam rangka pelantikan DPW Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Jawa Timur itu, direktur PusdeHAM (Pusat Studi Demokrasi dan HAM) Surabaya itu mengatakan kasus Jatim tidak sama persis dengan kasus Pilpres.
"Dalam Pilpres, warga NU yang bingung antara memilih Hasyim Muzadi dengan Gus Solahuddin Wahid memang akhirnya mengalihkan pilihan ke SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), tapi Pilgub Jatim berbeda, karena Pak Tjip itu berbeda dengan SBY. Pak Tjip itu bukan figur alternatif yang laku dijual seperti SBY," katanya.
Menurut dia, Pak Tjip dapat saja mengambil suara NU di Jatim yang cukup besar dengan dua syarat yakni figur yang dapat dijual dengan citra mampu mengayomi warga NU di Jatim dan kemampuan mendekati NU dari simpul-simpul figur ulama NU di Jatim.
"Tapi, simpul-simpul figur ulama NU di Jatim juga ada dua sisi yakni basis NU santri dan basis NU abangan. Kalau di basis NU santri memang mudah memobilisasi dukungan melalui simpul kiai, tapi di basis NU abangan agak sulit, karena mereka lebih rasional dan belum tentu sama persis untuk pilihan politiknya dengan kiai," katanya.
Namun, katanya, Sutjipto sebenarnya diuntungkan dengan dukungan PDIP, karena PDIP merupakan satu-satunya partai yang memiliki loyalitas pendukung yang relatif besar.
"Prediksi saya, Pak Tjip akan mampu meraup suara PDIP hingga 70 persen, tapi hal itu juga tergantung pada citra dari figur Pak Tjip, dan kinerja mesin politik dan mesin politik sangat ditentukan ’bensin’, karena tanpa ’bensin’ akan justru menjadi problem," katanya.
Ia menambahkan pemilih dalam Pilgub sangat dinamis, karena itu dukungan yang tinggi saat ini belum tentu akan bertahan atau meningkat pada tiga bulan ke depan.
"Kalau Pak Soenarjo memiliki peluang besar pada saat ini, maka hal itu belum tentu akan sama pada tiga bulan ke depan, karena bisa saja meningkat dan bisa saja justru menurun," katanya dalam seminar yang juga menampilkan mantan Ketua Umum DPR RI Ir Akbar Tandjung.
Dalam seminar kebangsaan itu, Akbar Tandjung yang juga fungsionaris Golkar menilai calon perseorangan yang dikampanyekan akhir-akhir ini tak perlu ditakuti siapa pun, termasuk partai besar seperti Golkar.
"Calon perseorangan itu justru menguntungkan parpol, karena calon perseorangan akan mendorong parpol memperbaiki kualitas. Parpol yang belum memperjuangkan rakyat dengan cara-cara demokratis akan berubah, sehingga rakyat juga akan diuntungkan," katanya. (eko)