Jakarta, NU Online
Perpustakaan milik Lakpesdam NU yang terletak di Jl H. Ramli No. 20 A Menteng Dalam Tebet, Jakarta kini menjadi pusat rujukan bagi para peneliti, mahasiswa dan fihak-fihak lainnya yang ingin memperoleh data tentang NU dari mulai berdiri sampai saat ini.
Selain dari dalam negeri, para peneliti asing tentang NU juga memanfaatkan perpustakaan ini. Diantara nama-nama tersebut adalah Martin van Bruinessen (Belanda), Greg Fealy (Australia), Greg Barton (AS), Andree Feillard (Perancis), Susaine Kadir (Singapura), Kang Young Soon (Korea) Ken Miichi (Jepang) dan beberapa nama lainnya yang dating dari seluruh dunia.
<>“Saat ini paling tidak sudah terdapat 60 disertasi dan thesis dari para peneliti dan mahasiswa tentang NU yang sudah tersimpan di perpustakaan,” tandas kepala perpustakaan Syatiri Ahmad HS di kantornya kepada NU Online (1/7).
Setiap bulan, rata-rata terdapat 14 orang yang mencari datang ke Lakpesdam untuk kepentingan penelitian mereka. “Ini menunjukkan bahwa kajian ilmiah tentang NU terus berjalan,” ungkapnya dengan bangga.Para wartawan yang ingin menambah back ground tulisan mereka tentang NU juga pergi ke perpustakaan ini.
Koleksi yang terdapat di perpustakaan ini meliputi buku-buku tentang NU, karya tulis ilmiah, foto, video, CD, kaset bahkan mikro film. Tak ketinggalan dokumen organisasi NU dan perangkat organisasinya juga disimpan disini. Dokumen tentang muktamar NU ke 1 sampai ke 31 juga disimpan disini. Pengelola perpustakaan setiap hari juga mengkliping berbagai kegiatan NU.
Yang menjadi master piece dari perpustakaan ini adalah statuten tentang pengesahan organisasi NU oleh pemerintah Hindia Belanda tertanggal 6 Februari 1930. Selain itu juga dokumen Nahdlatut Tujjar, salah satu organisasi yang menjadi cikal bakal NU. Foto-foto tokoh NU mulai dari KH Hasyim Asy’ari sampai pengurus saat ini juga dipajang di dinding perpustakaan. Tampak pula aktifitas anggota Muslimat NU yang sedang berlatih menggunakan bedil pada tahun 1964.
Syatiri mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan dokumen-dokumen penting tersebut, ia rajin berburu data ke berbagai tokoh NU terkenal diberbagai pelosok nusantara. Yang paling banyak menyumbangkan dokumen adalah KH Saifudin Zuhri dan Umar Burhan dari Gresik.
Dari berbagai kunjungannya, banyak tokoh NU yang bisa bercerita panjang lebar tentang aktifitas NU dimasa lalu, tapi jarang diantara mereka yang memiliki dokumen tertulis, atau ada namun sudah rusak. “Kebanyakan orang NU kurang peduli terhadap pentingnya dokumentasi, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan dokumen penting” keluhnya.
Karena banyak diantara dokumen tersebut yang asli dan belum sempat digandakan, para pengunjung tak diperkenankan untuk membawa pulang dokumen tersebut. Namun demikian, mereka dapat memesan copy-nya ke petugas perpustakaan.
Bagi setiap peneliti yang ingin mendapatkan data, mereka disyaratkan untuk mengajukan surat permohonan. Ini diperlukan untuk mengetahui out put yang akan dihasilkan dan lingkup data yang mereka butuhkan.
Untuk menyimpan benda-benda bersejarah, saat ini NU telah memiliki Museum NU yang terletak di Gayungsari Surabaya. Museun yang diresmikan menjelang pelaksanaan Muktamar NU ke 31 tersebut menyimpan benda-benda berharga seperti tongkat milik KH Hasyim Asy'ari, Kitab, dan pernik-pernik lainnya yang menggambarkan perjuangan NU.(mkf)