Warta

Perkuat Peran Masyarakat Sipil, PBNU Gelar Workshop Counter Terrorisme

Rabu, 18 November 2009 | 07:59 WIB

Jakarta, NU Online
Dalam rangka memperkuat peran masyarakat sipil untuk membantu memberantas dan mengatasi terorisme, PBNU bekerjasama dengan Center on Global Counterterrorism Cooperation (CGCC) menyelenggarakan workshop Raising Awareness of UN Global Counter-Terrorism Strategy among Civil Society in Southeast Asia.

Acara ini diselenggarakan selama dua hari, 18-19 November 2009 di Hotel Sultan Jakarta.<>

Sedianya Wapres Boediono yang membuka acara ini, tetapi karena ada tugas kenegaraan untuk menyampaikan pidato dalam Konferensi Pangan sedunia di Italia, akhirnya acara ini dibuka sendiri oleh KH Hasyim Muzadi.

Sebanyak 90 peserta datang dalam acara ini, terutama dari wilayah Asean. Beberapa pembicara yang merupakan ahli dalam strategi counter terrorism datang dari New York Amerika Serikat. Sebanyak 33 ketua wilayah NU juga diundang untuk mengikuti acara ini agar mereka dapat menyebarkan strategi menghadapi teroris kepada masyarakat.

Acara ini merupakan tindak lanjut dari strategi global yang dicanangkan PBB dalam menghadapi terorisme pada tahun 2006 lalu, yang disesuaikan dengan situasi lokal masing-masing negara.

Strategi PBB ini meliputi upaya memperluas wacana tentang counter-terrorism yang meliputi empat pilar penting, yaitu tindakan-tindakan untuk mengatasi kondisi yang kondusif terhadap menyebarnya terorisme, pendeekatan untuk mencegah dan memerangi terorisme, capacity building dan menjamin penegakan hak-hak asasi manusia dan jaminan hukum yang adil.

Sebelumnya, workshop yang sama telah diselenggarakan di Cape Town, Afrika Selatan pada bulan Juni 2009. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia yang menghadapi masalah terorisme. Ketua Panitia Workshop, Abdul Wahid Maktub menjelaskan, langkah NU ini dilakukan karena pencegahan terorisme merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah.

“Organisasi kemasyarakatan seperti NU memiliki peran strategis dalam melindungi komunitas lokal, melawan ideologi ekstrimis, dan mencegah kekerasan politik dan mempromosikan budaya toleransi dan keberagaman,” katanya.

Beberapa pembicara dalam acara ini untuk hari Rabu 18 November adalah Menlu Indonesia, Marti Natalegawa, Jan Neutze, counter terrorism implementation task force United Nations (New York), Alistair Miller, co-director CGCC, Masykuri Abdillah, ketua PBNU, Noorhaidi Hasan, peneliti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rizal Buendia, departemen of Development Studies, School of Oriental and African Studies, University of London, Din Syamsuddin, ketua umum Muhammadiyah, Rommel Banlaoi, chaoirman of the Board and Executive Director, the Philippine Institute for Peace, Violence and Terrorism Reseach (Manila) dan John Harrison, kepala Terrorisme Reseach, International Centre for Political, Violence and Terrorism Reseach, S Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University Singapore.

Sementara itu, pada hari Kamis, 19 November, dalam sesi membangun kapasitas untuk melawan dan mencegah terorisme, menjadi pembicara Usman Nasution, kepala Densus 88 Polri, Leonard C Sabastian, kepada Undergraduate Studies S Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University Singapore, Noor Huda Ismail, wakil direktur Sekurindo Global Consulting Jakarta. Aspek hak asasi manusia juga dibahas dengan menghadirkan Ifdhal Kasim dari Komnas HAM. (mkf)


Terkait