Perkembangan Perbankan Syariah Perlu Perhatian Pelaku Perbankan Nasional
Senin, 25 Januari 2010 | 09:52 WIB
Dalam mendorong pangsa pasar industri perbankan syariah yang saat ini masih berada di bawah tiga persen diperlukan perhatian seluruh pelaku industri perbankan nasional. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Bank Islam Indonesia (Asbisindo), Ahmad Riawan Amin, dalam Dialog Industri Perbankan Tahun 2010 di LPPI, Senin (25/1).
Ia mengatakan target pangsa pasar perbankan syariah lima persen tidak akan tercapai jika tidak adanya langkah yang diambil, seperti misalnya dengan kebijakan konversi aset. “Sudah saatnya memikirkan aset conversion policy. Tidak harus bank yang konversi, tapi aset konvensionalnya menjadi syariah,” kata Riawan.<>
Riawan menuturkan, konversi aset tersebut dapat dilakukan secara bertahap, sehingga beban perkembangan aset tidak dibebankan ke bank syariah yang masih kecil dan lemah. “Hal ini yang seharusnya jadi concern kita semua, sehingga menciptakan perbankan beretika,” ujar Riawan. Riawan memaparkan walau pangsa pasar perbankan syariah belum mencapai tiga persen, namun di sisi lain terlihat bahwa masih ada peluang 97 persen untuk mengembangkan pasar perbankan syariah.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA), Winny Erwindia Hasan, mengatakan pihaknya pun terus mendorong BPD yang belum mempunyai unit usaha syariah (UUS) untuk membentuk UUS di daerahnya. “Beberapa BPD yang sudah memiliki kemampuan juga sudah merencanakan spin off, tapi bergabung dalam BPD Indonesia Syariah,” kata Winny.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI, Muliaman D Hadad, mengatakan perbankan syariah belum banyak menyentuh hal fundamental, baik produk maupun hal lainnya. Poin yang menjadi catatan bagi perbankan syariah adalah peningkatan kualitas layanan dan semakin 'dalamnya' produk perbankan syariah.
Dalam waktu dekat ini, Muliaman menuturkan BI pun akan menyempurnakan blueprint perbankan syariah dengan enam pilar yang akan menjadi pilar pokok pengembangan syariah di masa depan. Ia menjelaskan setelah di 2008-2009 perbankan Indonesia fokus konsolidasi internal, di 2010 ini adalah waktunya pergeseran keluar sehingga bisa lebih eksploratif dan cepat merespon perkembangan.
“Di 2010 a little bit bumpy tapi terbukanya kesempatan mulai terasa karena adanya pemulihan ekonomi,” kata Muliaman. (min)