Warta

Peringatan Haul Muallif Simtudduror

Sabtu, 26 Maret 2011 | 12:40 WIB

Solo, NU Online
Lautan manusia membanjiri komplek area Masjid Ar- Riyadh (Solo), Sabtu (26/3). Terik panas siang tak menyurutkan niat mereka untuk tetap duduk khidmat mengikuti rangkaian prosesi acara.

Jama'ah yang datang dari berbagai penjuru daerah, diantaranya dari Jawa Timur, Madura, Kalimantan, dan Jakarta. mereka rela datang jauh-jauh untuk 'ngalap barokah' di acara peringatan haul Habib Ali Al-Habsyi. Itulah perbedaan orang-orang  saleh dengan yang tidak, mereka meskipun sudah meninggal, namun tetap menebar berkah dan manfaat bagi mereka yang masih hidup.
/>
Dari kerumunan orang, Rusbat (72) adalah salah satunya. “Kami datang bersama dua rombongan bus dari Semarang. Kalau dihitung bisa mencapai 60  orang. Memang ini sebuah tradisi dan sudah turun-temurun dari generasi saya sebelumnya,” ujar Rusbat ketika ditemui di antara impitan lautan manusia.

Tentang Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi, ia adalah seorang ulama  besar yang terkenal dengan akhlaqnya yang mulia dan kedermawanannya.  Ia wafat pada tahun 1330 H dan dimakamkan di tanah kelahirannya, Hadramaut (Yaman). jadi bila dihitung sampai sekarang, sudah seabad lebih sejak wafat.

salah satu karya beliau yang populer dan sering dibaca dalam banyak majlis maulid di Indonesia, yakni Kitab Maulid Simtuddurar, yang berisikan sejarah dan penjelasan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad Saw.

Salah  satu puteranya, Habib Alwi, yang hijrah ke Indonesia untuk berdakwah, mendirikan Masjid Riyadh, Pasar Kliwon, Solo. Kemudian setelah wafat, perjuangan dakwahnya dilanjutkan oleh puteranyaHabib Anis, yang juga sudah wafat pada tahun 2006 lalu.

Habib Anis ini lah yang pertama kali mengadakan acara haul Habib Ali di Masjid Riyadh Solo.

Sementara itu, panitia merasa sedikit kewalahan dengan membludaknya umat  Islam yang datang. Tenda pun akhirnya ditambah untuk bisa mencukupi kebutuhan dari jemaah.

“Ini rutin kami gelar tiap tahun, tepatnya pada 22 Rabiultsani pada tahun Hijriah. Kalau orang Jawa menyebutnya Bakda Mulud. Dan kebetulan, pada tahun 2011 ini jatuh pada 26 Maret.

"Kami tak memberikan undangan kepada masyarakat, tetapi mereka datang sendiri,” ungkap cucu dari Habib  Ali, Mustofa Mulahela.

Menurut dia, Haul Habib Ali akan digelar selama dua hari berturut-turut (Sabtu 26/3 – Ahad 27/3). “Dalam dua hari ini, kami akan mengisinya dengan mengaji, qasidah, tahlil, tausyiah, doa, salawat, serta penjelasan tentang riwayat Habib Ali,” ungkap Mustofa.

Yang menjadi perhatian dari umat bukan hanya tausyiahnya, tetapi tradisi  makan nasi kabuli bersama dengan sesama umat. Nasi khas Timur Tengah tersebut disajikan dalam nampan/tabsi berukuran besar. (aji)


Terkait