Warta

Perang Mengorbankan Masa Depan Generasi Muda

Selasa, 20 Mei 2003 | 15:34 WIB

Jakarta, NU Online
Perang telah menyebabkan suramnya nasib generasi muda Aceh. Sampai saat ini gedung sekolah yang dibakar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Selasa (20/5) pukul 18.00 WIB, dilaporkan telah mencapai 185 unit dan menimbulkan kerugian sekitar 100 Milyar seperti diungkapkan Wakil Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Provinsi NAD Anas M Adam kepada pers di Banda Aceh .

Akibat pembakaran gedung-gedung lembaga pendidikan itu, jelas Anas, telah berdampak terganggunya aktivitas belajar-mengajar terhadap puluhan ribu murid sekolah dari tingkat SD, SLTP dan SMU (sekolah umum) dan MIN, MtsN serta MAN.

<>

Pemerintah kini sedang mendata ulang dan mencari solusi untuk mengamankan gedung-gedung sekolah dari aksi pembakaran orang tak bertanggung jawab

Kerusakan gedung-gedung sekolah itu akan menyebabkan generasi muda NAD akan mengalami ketertinggalan dalam pendidikan. Mereka akan mengalami proses pembodohan akibat tindakan orang-orang yang tak bertanggung jawab.

Gubernur NAD Abdullah Puteh menyatakan keprihatinannya. "Saya  prihatin, akibat pembakaran gedung sekolah itu telah berdampak luas bagi dunia pendidikan. Akibatnya telah menghilangkan kesempatan anak didik dan generasi kita. Janganlah gedung-gedung itu turut dijadikan ’musuh’ karena dampaknya untuk  anak-anak kita," kata Abdullah Puteh.

Perang Merebut Hati Rakyat

Sementara itu Facry Ali, salah satu pengamat sosial politik dari Aceh dalam wawancara dengan TVRI mengatakan bahwa peperangan yang sebenarnya adalah peperangan untuk merebut hati rakyat Aceh. Untuk itu entry point yang dapat diambil adalah memelihara HAM.

Facry mengatakan bahwa sebenarnya masalah Aceh tidaklah menarik bagi dunia internasional. “Aceh adalah masalah yang bersifat etnis lokal dan berkaitan dengan dunia Islam yang saat ini menyandang citra buruk dalam dunia Barat, mereka menaruh perhatian pada masalah Aceh karena pelanggaran HAM yang terjadi disana” ungkap Facry.

Setelah berakhirnya DOM keadaan Aceh dibiarkan kosong tanpa merehabilitasi berbagai kerusakan yang terjadi dan pengadilan terhadap pelanggaran HAM. Inilah yang menyebabkan suburnya GAM. Jadi penyelesaian masalah HAM ini sangat penting bagi pulihnya masalah Aceh selain juga menggunakan pendekatan-pendekatan lain.

Setiap usaha yang bersifat melibatkan militer selalu merugikan rakyat kecil. “GAM atau TNI sudah terlatih untuk mengamankan diri, sedangkan rakyat tidak bisa apa-apa. Dalam menyelesaikan masalah Aceh ini harus dilakukan secara komprehensif, semua pihak harus dilibatkan, mulai departemen kesehatan sampai dengan pemda.

Menurut Facry Ali kelompok GAM dapat dibedakan menjadi tiga, kelompok idealis, mereka yang memang berkeinginan merdeka dan sulit untuk diajak kompromi, kelompok yang ikut-ikutan terhadap situasi yang ada dan yang terakhir adalah kelompok oportunis yang memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan mereka sendiri.

Facry menegaskan bahwa paling tidak kelompok yang moderat bisa diajak bernegosiasi dan harus diusahakan agar kelompok oportunis tidak memperkeruh suasana. (kcm/tvri/mkf)

 


Terkait