Warta

Pengurus NU Harus Perkokoh Komitmen Beraswaja

Sabtu, 24 Desember 2011 | 07:34 WIB

Lubuksikaping,  NU Online
Segenap warga nahdliyin harus merapatkan barisan dan memperkokoh komitmen berahlussunnah wal jamaah (aswaja) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini penting karena tantangan kehidupan yang terus meningkat, baik dari dalam maupun dari luar. Perlu disikapi dalam sebuah kepastian ajaran dan nilai-nilai yang pasti (Ilahiyah). Pengurus NU yang dipercayai menjalankan roda organisasi harus  mengedapan keteladan seperti yang dicontohkan Rasulullah dalam mewujudkan masyarakat yang damai, rukun dan sejahtera.
<>
Demikian dikatakan Wakil Ketua PWNU Sumbar H Dasril saat bersilaturrahmi dengan segenap warga Nahdliyin di Panti Kabupaten Pasaman, Sabtu (24/12/2011). Dasril didampingi Wakil Ketua PWNU Sumbar Darmansyah dan Wakil Sekretaris Bagindo Armaidi Tanjung yang ditugaskan untuk konsolidasi organisasi di lingkungan PCNU Pasaman.

Menurut Dasril, terputusnya komunikasi dan kurang terjalinnya silaturrahmi antara PCNU Pasaman dan PWNU Sumbar beberapa waktu belakangan ini menyebabkan munculnya riak-riak.

“Sebagai warga Nahdliyin, kondisi tersebut tidak boleh berlarut-larut. Kita harus menatap ke depan untuk berbuat lebih banyak bagi kemaslahatan umat. Apa yang sudah terjadi, mari kita ambil hikmahnya,” kata Dasril yang juga staf pengajar Universitas Negeri Padang ini.

Dikatakan Dasril, tugas yang amat berat bagi kader NU adalah mewujudkan nilai-nilai islam Ahlussunnah Waljamaah yang selalu bersikap moderat, toleran dalam bingkai akhlakul karimah,  guna menangkal masuknya paham Islam radikalisme. Seiring dengan meneladani perilaku Rasulullah Saw, yang selalu penuh dengan kasih sayang dalam menyampaikan nilai-nilai Islam.  Tidak ada kebencian, kekerasan, merasa benar, selalu menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat.

“Bila hari ini muncul kesadaran perlunya pendidikan multikultural dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sungguh 15 abad lalu Rasulullah sudah meletakkan dasar yang kokoh sebagaimana termuat dalam piagam Madinah. Karenanya, segenap keluarga nahdliyin harus paham dan harus menerapkan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” tambah Dasril Asisten Gurubesar Mahatma Indonesia.

Betapa indahnya transformasi nilai-nilai Islam di tengah keberagaman masyarakat Madinah. Disitu ada penganut Nasrani, Yahudi, dan terdiri dari berbagai suku. Sebelumnya saling bermusuhan, selalu berperang (konflik) antar suku, tapi Rasululullah tampil dengan kelembutan dan penuh kasih sayang. Sehingga menutupi rasa kebencian, permusuhan, maka dalam waktu cepat masyarakat Madinah menjadi acuan bagi perkembangan peradaban terbaik yang pernah ada di dunia. Sampai hari ini dunia mengakui belum ada suatu peradaban yang pernah hidup di dunia bisa menandinginya.

Kondisi yang pernah ada di masa Madinah tersebut, kiranya juga menjadi inspirasi bagi seluruh elemen bangsa Indonesia dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan. Sekaligus mengantisipasi dinamika yang akan mengganggu keutuhan bangsa yang pluralis baik agama, suku, warna kulit dan kelompok.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Bagindo Armaidi Tanjung


Terkait