Warta

Pemimpin Mendatang Representasi NU-Muhammadiyah

Kamis, 31 Juli 2003 | 10:32 WIB

Jakarta, NU.Online
Setiap pemimpin di Indonesia yang tidak memberikan tempat bagi umat Islam, apalagi memusuhinya, maka ia tidak akan bertahan lama dan akan jatuh. Sosok pemimpin bangsa dari masyarakat yang sangat mejemuk ini haruslah mengakomodasikan kepentingan sebagian
besar rakyat, sekaligus melindungi minoritas.

“Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang religius, beraliran Ahlussunnah Waljamaah. Sebagian besar umat Islam beraliran Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Maka pemimpin mendatang haruslah tokoh yang merepresantasikan dari umat dua aliran besar
tersebut,” ujar Ketua Nasional Korps Mubalig Muhammadiyah H. Tarmizi Taher.

<>

Menurut mantan Menteri Agama ini, mainstream dari umat beragama di Indonesia adalah umat Islam yang moderat, bukan Islam fundamentalis apalagi teroris. Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang penuh senyum dan santun. “Islam di Indonesia bukanlah Islam seperti persepsi Imam Samudra, atau kaum ektrem. Sebagian besar Islam kita telah diwakili oleh NU dan Muhammadiyah.” ujarnya.

Oleh karena itu, setiap pemimpin yang didukung umat Islam yang sangat besar di Indonesia inilah yang akan sukses mengantarkan Indonesia keluar dari krisis multi dimensi. Kewajiban pemimpin tersebut momotivasi masyarakat menuju Indonesia yang berkeadaban, bekerja keras, efisien, sederhana, tapi mengedepankan akhlak yang mulia.

Dikatakan, gabungan warga Muhammadiyah dan NU di Indonesia berjumlah lebih dari separuh bangsa Indonesia. Merukunkan dua aliran besar dan mengikatnya menggunakan silaturahmi yang kuat merupakan jalan terbaik menata masa depan bangsa Indonesia. Sebab,
bangsa ini mustahil mampu membangun masa depannya tanpa adanya kestabilan nasional. Stabilitas juga tidak bisa terwujud tanpa adanya kerukunan di antara umat beragama, termasuk internal umat beragama.

“Oleh karena itu, jika pemimpin Indonesia pada Pemilu 2004 mendatang dimajukan dari calon-calon yang berasal dari NU dan Muhammadiyah, maka hal itu merupakan kunci dari pembangunan Indonesia ke depan yang lebih baik. Dengan mengangkat pemimpin dari dua aliran besar yang moderat ini, maka jaminan perlindungan bagi aliran-aliran lain, bahkan bagi pemeluk agama lain akan lebih besar,” tandas Tarmizi.

Tarmizi mengakui adanya perbedaan di antara dua aliran besar tersebut. Namun ia yakin hal itu akan bisa diatasi, karena perbedaannya hanyalah kecil dan menyangkut yang furu’iyah atau cabang. Sedangkan kesamaannya begitu besar karena keduanya berpegang kepada kitab suci, Tuhan, Nabi yang sama.

“Mengatasi perbedaan di antara umat hanya membutuhkan teladan dari para elite pemimpin. Jika para pemimpin di antara dua umat itu memberikan contoh dan teladan yang baik, maka hal itu akan berpengaruh baik kepada masyarakat akar rumput. Sebaliknya, jika para pemimpin lebih melanggengkan pertikaian, maka masyarakat akan meneruskannya dengan pertikaian yang lebih sadis,” ujar Tarmizi.

Dikatakan, jika umat Islam di Indonesia antara aliran NU dan Muhammadiyah mampu menjalin silaturahmi yang lebih baik, maka niscaya, kemenangan Islam benar-benar akan muncul bukan dari negara-negara lain, termasuk negara-negara Arab, melainkan dari Indonesia. Kecemerlangan umat Islam Indonesia akan mampu menyinari Islam di masa mendatang.

Diungkapkan, menurut pemikiran para ahli, pada tahun 2050 hampir separuh dunia ini menganut agama Islam. Diramalkan bahwa setiap 30 tahun akan terjadi kelipatan penduduk, kalau sekarang umat Islam 7 miliar, 2050 kita sudah menjadi 14 miliar. Dalam 14 miliar, umat Islam sudah hampir separuh penduduk dunia. Namun itu baru kuantitas. Maka yang harus kita bina sekarang dalam 50 tahun itu adalah kualitas dengan pendidikan. Agar supaya umat Islam Indonesia cemerlang di masa mendatang tersebut, fokus kegiatan adalah pendidikan. Kebetulan, Barat sekarang sedang maju, maka kita harus belajar kepada mereka. Kita tidak mungkin bermusuhan dengan mereka kalau kita ingin maju, baik di Indonesia, Pakistan, Timur Tengah, Malaysia, dan sebagainya. Malaysia sendiri melakukan kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi maju di Eropa, khususnya Inggris.

Ada sebuah judul buku yang sangat menarik yang mengungkapkan bahwa tahun 2050, umat Islam berjumlah separuh penduduk dunia. Judulnya adalah "Death of The West" (Kematian Barat). Mengapa Barat mati karena umat Islam semakin banyak. Karena wanita Barat tidak suka lagi memiliki anak, orang-orang tua di Barat tidak suka terhadap cucu karena dinilai mengganggu, akhirnya yang diambil oleh orang Barat adalah anak-anak dari dunia ketiga, baik anak dari negara Afrika, Indonesia, Vietnam, Korea, dan sebagainya. Ini adalah dampak samping yang amat luar biasa dalam perubah


Terkait