Warta

Peletakan Batu Pertama Masjid Pesantren, Seimbangkan Teori dan Praktek

Senin, 2 Januari 2012 | 05:21 WIB

Brebes, NU Online
Pembangunan manusia, menjadi bagian integral dari pembangunan nasional. Untuk itu perlu diseimbangkan antara pembangunan fisik dan mental. Seperti pembangunan pendidikan pesantren menjadi bagian yang tidak boleh ditinggalkan. Harus sama-sama mendapatkan perioritas dan itu membutuhkan kerja sama dari semua pihak.

Pernyataan tersebut, disampaikan Ketua Pengurus Cabang (PC) NU Kabupaten Brebes H Athoillah saat peletakan batu pertama pembangunan masjid pesantren Ashodiqin Banjarharjo, Ahad (1/12). <>

Menurut dia, pembangunan pendidikan di pesantren juga harus seimbang antara teori dan praktek. Dengan demikian akan tercipta kesempurnaan out put pembelajaran. Bila teori saja, di pesantren ada gudangnya karena mendapatkan bimbingan langsung dari pengasuhnya yang tentu memiliki ilmu yang memadai. Sedangkan untuk mempraktekan pembelajaran sholat, maka dibutuhkan sarana tempat ibadah berupa masjid atau musholla.

“Pembangunan masjid pesantren ini, menjadi jawaban yang riil penerapan praktek sholat dan ibadah lainnya,” tutur Athoillah yang juga Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kab Brebes.

Dikisahkan oleh Athoillah, akibat tidak mampu menerapkan teori dan praktek maka ada kekeliruan dalam penerapannya di lapangan. Ada seorang pegawai ketika di suruh sholat, berkilah setelah pensiun saja. Ternyata, setelah pensiun sholat, hanya berkesempatan sholat isya saja.

Sehingga ketika sholat subuh, ternyata juga mengerjakannya dengan 4 rokaat. Ketika cucunya melihat, lalu menegurnya. “Kek, kata Bu Ustadz sholat subuh 2 rokaat. Kok Kake mengerjakannya  4 rokaat? Sang Kakek pun tersipu. Lalu menjawab dengan seenaknya, masa ibadah di itung-itung?” seloroh Atho.

Atho menandaskan, perkara ibadah memang tidak perlu diitung-itung. Tetapi perkara sholat ada aturan bilangan rokaat yang harus dikerjakan. “Itulah pentingnya, antara keseimbangan teori dan praktek,” tandas Atho.  

Pengasuh Pesantren Ashodiqin Kyai Nur Iman Ali mengatakan, pembangunan Masjid menjadi kebutuhan yang mendesak bagi pesantrennya. Dan juga sangat dibutuhkan oleh warga sekitar. “Masjid ini selain untuk praktek sholat santri, juga untuk aktivitas peribadatan warga sekitar,” terang Kyai Nur Iman yang juga Khatib Suriyah PC NU Brebes.

Masjid dibangun di atas tanah seluas 10 X 12 meter persegi dengan dana sekitar 200 juta rupiah. Diperkirakan pembangunan bisa selesai 2,5 bulan.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Wasdiun


Terkait